Daerah

Sejarah Museum Mandhilaras Pamekasan

Selasa, 10 Januari 2023 | 09:00 WIB

Sejarah Museum Mandhilaras Pamekasan

Museum Mandhilaras di Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Firdausi)

Pamekasan, NU Online 
Jika berkunjung ke Monumen Arek Lancor Pamekasan, Jawa Timur, di sebelah utaranya terdapat Museum Mandhilaras yang bersebelahan dengan lapangan tenis. Sejarah mencatat, penamaan Museum Mandhilaras diambil dari cerita rakyat yang mengisahkan perpindahan pusat pemerintahan dari Keraton Labangan Daja ke Mandhilaras oleh Panembahan Ronggosukowati.


R Sonny Budiharto, pendiri Museum Mandhilaras mengatakan, peresmian keraton ini pada tanggal 18 Maret 2010 oleh Bupati KH Kholilurrahman. Sebelumnya tidak ada museum, karena di kepemimpinan sebelumnya tidak ada pejabat khusus yang spesifikasinya pada kepurbakalaan.


Dahulu, kata Sonny, urusan kepurbakalaan melekat pada Kepala Seksi (Kasi) Kebudayaan. Berhubung volume kegiatannya padat pada bidang kesenian maka cagar budaya dan benda-benda bersejarah terabaikan. 


"Pada tahun 2008 saya diangkat sebagai Kasi Kepurbakalaan. Program yang kami ajukan adalah konsep pendirian museum. Secara bertahap, kami belajar ke beberapa mesum lokal dan nasional. Ilmu dan referensi yang kami dapatkan, bertekad untuk mendirikan museum," curahnya saat NU Online mengunjungi museum tersebut pada Ahad (8/1/2023).


Pada bulan September 2008, sambungnya, ia memulai rintisan dengan membentuk tim yang berlatar belakang seorang sejarawan, budayawan, seniman dan tim hunting. Jerih payah ini membuahkan hasil dengan melakukan inventarisasi benda-benda bersejarah yang diperoleh dari kalangan bangsawan.


Pria yang kini menjadi tim ahli cagar budaya Pamekasan ini menjelaskan beberapa paradigma berdirinya museum ini.

1. Museum sebuah tempat merawat dan melestarikan benda-benda cagar budaya yang dijadikan rujukan edukasi sekaligus rekreasi.


"Museum ini bersifat umum. Jadi, benda-benda kuno yang memiliki nilai dan menyinggung sejarah Madura maka menjadi referensi kami. Seandainya punya gedung yang representatif, maka akan kami buat ruang khusus untuk menyimpan benda-benda peninggalan Raja," paparnya.


2. Museum ini tidak berlatar belakang sejarah

Meskipun tidak berlatar belakang sejarah, ada beberapa koleksi yang mengandung nilai sejarah Madura, khususnya yang berhubungan dengan Pamekasan. Kendati demikian belum ada benda-benda peninggalan Ronggosukowati.


"Setelah melakukan penelitian, benda itu ada di gedung Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) Pamekasan. Konon, setiap ada pergantian pimpinan, benda-benda bersejarah itu dibawa oleh dzurriyah. Bekas keraton yang ditandai oleh Belanda, ada di keresidenan yang berbentuk pondasi bangunan dan berada di bawah bangunan," ungkapnya.


3. Koleksi alat-alat pertanian, dapur, rumah tangga dan permainan anak, sengaja dibuat baru, karena memiliki nilai budaya.


4. Manuskrip benar-benar asli, hanya saja bukan seratannya para Raja.

Jenis kertasnya berbahan daluang dan kulit kayu yang berusia sekitar tahun 1800-an.


"Kitab Al-Qur'an kuno, fiqih kuno, seratan tangan daun lontar, dan buku yang bertuliskan hanacaraka ditulis oleh orang-orang terdahulu. Kami masih belum sempat menerjemahkan. Namun ada beberapa bagian yang dipahami oleh tim, seperti isi dalam tulisan Arab yang membahas tentang ilmu tajwid, teknik penyembuhan orang sakit, dan lainnya. Untuk tulisan di daun lontar, lebih banyak membahas sejarah Islam. Sedangkan seratan hanacaraka membahas sejarah masa lalu," terangnya.


Sonny menceritakan, gedung museum ini dibangun pada tahun 1918 di masa VOC. Berdasarkan cerita, sebelah gedung ada taman bermain, dan dimungkinkan gedung ini tempat peristirahatan.


Sebelum kemerdekaan, lanjutnya, dijadikan Perpustakaan. Pascakemerdekaan berubah fungsi menjadi apotek. Kemudian berubah fungsi menjadi kantor Nahdlatul Ulama (NU) Pamekasan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kini bermetamorfosis menjadi museum. 


"Jangan khawatir, setiap pengunjung tidak dikenakan tarif, malahan dipandu oleh petugas guna menjelaskan benda-benda koleksi di museum. Museum ini buka pada jam 07.30-15.30 WIB. Tutup hanya pada hari Senin dan libur nasional," tuturnya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan