Daerah

Tangkal Radikalisme, PCNU Bogor Perkuat Jaringan Jam'iyah Nahdliyah

Rabu, 30 Agustus 2017 | 01:01 WIB

Bogor, NU Online
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bogor KH Romdhon angkat bicara menyikapi fenomena perkembangan penyebaran paham salafi-wahabi, dengan banyaknya yayasan, komunitas hingga media yang mereka kelola.

"Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan kelompok Wahabi dan paham-paham radikal sejenis di wilayah Kabupaten Bogor semakin massif dan menguat," kata Romdhon.

Ia mengatakan, pihaknya tengah memperkuat konsolidasi jam'iyah dan mengefektifkan kerja lembaga hingga struktur terbawah di tingkat ranting dan anak ranting untuk membentengi warga NU dari serbuan paham salafi-wahabi.

Saat menyampaikan sambutan pada kegiatan istigotsah syukuran Kemerdekaan yang digagas Majelis Sholawat Darul Fatih di Pesantren Yasina, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Sabtu (26/8) Romdhon mengingatkan para pemuka NU agar lebih waspada terhadap penetrasi kelompok radikal.

Ia berharap para ulama sepuh, kiai, kiai muda hingga muallim di kampung-kampung baik struktural maupun kultural agar terlibat lebih aktif dalam membentengi nahdliyin dari pengaruh salafi-wahabi dan paham radikal lainnya.

"NU lahir sebagai jangkar utama dan benteng NKRI. Paham apapun yang merongrong kelangsungan NKRI akan berhadapan dengan NU," tegas pria yang akrab disapa Kang Doni.

Kegiatan istigotsah yang diprakarsai Majelis Shalawat Darul Fatih dan PCNU Kabupaten Bogor sebagai syukuran kemerdekaan Ke-72 RI ini dihadiri 300 orang jamaah. Tampak hadir Komandan Kodim 0621 Kabupaten Bogor Letkol Inf Muhammad Fransisco.

Fransisco mengatakan, para ulama dan santri memiliki andil besar dalam mempelopori perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Oleh karena itu, ia mengajak para ulama dan kaum santri untuk terus menjaga, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia secara berkelanjutan.

"Cara mengisi kemerdekaan dapat dilakukan dengan berbuat baik dengan profesi dan tugas masing-masing," terangnya.

Ia yakin bila semua pihak telah mengerjakan tugas profesi masing-masing dengan baik, masalah yang dihadapi Indonesia dewasa ini, yaitu radikalisasi, terorisme, dan intoleransi, dapat diatasi.

"Teroris itu orang yang membajak agama untuk memenuhi kepentingan politiknya," ungkapnya.

Ia mengajak semua pihak memerangi teroris secara intensif hingga akar-akarnya, demi menjamin kelangsungan NKRI.

"Jangan menunggu negeri kita seperti Suriah yang hancur, baru melakukan aksi penyelamatan. Penyesalan selalu datang belakangan," kata Muhammad Fransisco.

Sebagaimana diketahui pada 17 Agustus tepat pada puncak perayaan HUT kemerdekaan Ke-72 RI sebuah pesantren yang dikelola oleh kelompok salafi-wahabi di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, didemo ribuan masyarakat setempat akibat membakar bendera merah putih. (Ahmad Fahir/Alhafiz K)