Daerah TRADISI

Tiga Kearifan Lokal di Bojonegoro yang Melibatkan Kiai

Kamis, 7 April 2016 | 04:22 WIB

Bojonegoro, NU Online
Bupati Bojonegoro Suyoto Bupati menyebut banyak kearifan lokal yang diprakarsai para ulama dan kiai di Bojonegoro dan hal tersebut terbukti memiliki dampak yang luar biasa. Menurutnya, setidaknya ada tiga wilayah di kabupaten paling barat Jawa Timur ini yang mememiliki kearifan lokal yang melibatkan peran para kiai.

Yang pertama adalah “rukun kematian” di Desa Pajeng, Kecamatan Gondang. Di tempat itu, lanjut Bupati, kematian yang identik dengan kesusahan dan mengeluarkan biaya banyak disulap menjadi berkah. Uang iuran kematian oleh para tokoh diubah menjadi dana pinjaman bergulir baik untuk permodalan usaha atau pinjaman pembuatan sanitasi dan air bersih. Berangkat dari folosofi bahwa uang yang digunakan merupakan uang “si mayat atau orang meninggal”, warga tak ada yang berani mengemplang.

Berikutnya yang terjadi di Desa Tembeling, Kecamatan Kasiman. Sistem bancakan atau ambengan atau disebut pula syukuran dengan tumpeng diubah, dari yang selama ini berupa makanan menjadi sebagian diwujudkan uang untuk pembangunan masjid.

"Jadi dari hasil uang itu warga Desa Tembeling Kecamatan Kasiman mampu membangun masjid senilai 1 miliar lebih," kata Suyoto saat melantik pengurus baru Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan dan Desa se-Kabupaten Bojonegoro di pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Rabu (6/4/2016).

Contoh terakhir, di Dusun Mayang, Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan. Program sapi bergulir ternyata mampu menjadi penolong warga sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Yang lebih membanggakan, pinjaman sapi bergulir itu mampu untuk biaya anak anak warga dusun setempat hingga jenjang pendidikan tinggi. Program ini berawal dari sebuah pohon di pemakaman yang hampir roboh kemudian ditebang dan dijual lalu dibelikan sapi. "Dari seekor sapi kini telah menjadi ratusan sapi yang bisa dinikmati oleh seluruh warga," ceritanya.

Acara pengukuhan MUI kecamatan dan desa se-Kabupaten Bojonegoro masa khitmah 2016-2021 diikuti sekitar 1.500 pengurus MUI. Terdiri dari 27 kecamatan, masing-masing 15 orang; dan dari 430 desa, masing-masing 7 orang. Kang Yoto, sapaan akrab Bupati Bojoengoro, mengapresiasi kegiatan tersebut, karena ulama bagian penggerak pembangunan di Kota Ledre.

"Baru pertama ini pengurus MUI sampai ditingkat desa. Mengingat banyaknya persoalan di masyarakat yang perlu dipantau dan monitor," terang Sekretaris Umum MUI Kabupaten Bojonegoro Lukman Wafi. (M. Yazid/Mahbib)