Daerah

Tradisi NU Menjadi Perekat Perdamaian Bangsa

Jumat, 29 November 2019 | 08:00 WIB

Subang, NU Online 
Tradisi yang ada di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU) sebetulnya memiliki andil besar dalam menjaga perdamaian di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Muludan yang di dalamnya terdapat beberapa hikmah sosial, seperti gotong royong, urunan, dan silaturahim antarmasyarakat.
 
Demikian disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kiai Jampang Muda saat mengisi ceramah agama dalam kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad, Kamis (29/11). kegiatan berlangsung di Dusun Kareo, Desa Caracas, Kecamatan Kalijati, Kabupaten Subang.
 
"Alhamdulillah dengan adanya kegiatan Muludan ini kita bisa saling silaturahim satu sama lain karena terkadang masalah itu muncul disebabkan oleh kurangnya silaturahim kita dengan yang lain sehingga menimbulkan sikap saling curiga," ujarnya di hapan ratusan jamaah yang memadati lokasi acara. 
 
Kiai Jampang menambahkan, begitu juga dengan kegiatan tahlilan yang digelar sampai tujuh hari berturut-turut, tradisi ini mempunyai hikmah tersendiri untuk orang yang masih hidup, di antaranya adalah silaturahim antarmasyarakat akan tetap terjaga. Belum lagi kegiatan istighotsah, manakiban, rajaban, dan tradisi NU lainnya.
 
"Dengan adanya kegiatan-kegiatan itu masyarakat akan saling menyapa dan berkomunikasi dengan obrolan yang positif karena tidak mungkin dalam kegiatan keagamaan semacam itu akan berbicara hal yang tidak senonoh," tambahnya.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, keberadaan organisasi kemasyarakatan (Ormas) berperan penting dalam menjaga perdamaian dalam negeri. Sebut saja salah satunya NU. Organisasi kemasyarakatan dan keagamaan terbesar di Indonesia ini hingga kini menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian.
 
Ia kemudian mencontohkan, di beberapa negara Islam yang ada di wilayah Arab seolah kehilangan arah karena dilanda konflik saudara yang berkepanjangan dan tak kunjung usai. Sementara di Indonesia terlihat masih kondusif walaupun ada konflik horizontal namun hal itu masih bisa diatasi dengan baik.
 
"Muassis NU, Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari pernah dawuh: Hubbul wathan minal iman, cinta tanah air sebagian dari iman, dawuh ini menjadi pegangan kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di bumi pertiwi Indonesia," tegasnya. 
 
Ditambahkan, dengan adanya rasa cinta kepada tanah air dan tumpah darah Indonesia akan mengesampingkan ego atau kepentingan pribadi maupun kelompok, karena tentu akan melihat kepentingan yang lebih luas, yaitu perdamaian dan kemasalahatan Indonesia. Hal ini menurut dia adalah karakter bangsa Indonesia yang sebenarnya yang jarang dimiliki oleh warga di negara lain.
 
"Di sana memang ada nasionalisme, tapi nasionalismenya itu masih nasionalisme sekuler yang tidak dibalut dengan nilai-nilai keislaman," ucapnya.
 
Oleh karena itu, lanjutnya, ia meyakini bahwa ketika tidak menentunya perdamaian yang menimpa masyarakat Muslim di beberapa negara, maka NU diyakini akan menjadi ikon perdamaian dunia, indikatornya bisa dilihat dari banyaknya masyarakat dunia yang berkunjung ke PBNU untuk meminta pandangan dan arahan sesuai dengan prinsip yang dipegang oleh NU.
 
"Saat ini sudah ada ratusan Pengurus Cabang Istimewa NU yang ada di belahan dunia, bahkan pengurus NU Afghanistan semuanya diisi oleh penduduk pribumi, para pengurus di ini tentu saja akan menyampaikan pesan damai kepada masyarakat dunia," pungkasnya. 
 
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Syamsul Arifin