Fragmen

Genealogi dan Polemik Raden Fatahillah

Senin, 24 Juni 2019 | 14:20 WIB

Genealogi dan Polemik Raden Fatahillah

(Foto: @radarmiliter)

Oleh Rakhmad Zailani Kiki

Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jakarta yang setiap tahunnya jatuh pada tanggal 22 Juni masih menjadi polemik. Adalah budayawan Betawi terkemuka, Ridwan Saidi, yang  menggugat keberadaan Fatahillah di tanah Betawi. Gugatannya terbilang baru, cerdas, keras.

Saking kerasnya, seolah-olah, menurut saya, dapat membangunkan Fatahillah dari kuburnya untuk menggelar konfrensi pers menolak tuduhan Bang Ridwan ini. Karena sejauh yang saya tahu, belum pernah ada satu pun sejarawan menyatakan pernyataan ini: Fatahillah adalah perampok, penjahat! 

Saya mendengar pendapat ini langsung dari Ridwan Saidi pada awal tahun 2008. Dari keterangan yang disampaikannya, sudah ada niatan saya untuk mempelajari ulang tentang Fatahillah. Karena bagi saya, informasi Ridwan Saidi ini sangat baru, untuk tidak mengatakan nyeleneh dan keluar dari mainstream penulisan sejarah tentang Fatahillah yang saya ketahui atau beredar di selama ini.

Data yang saya kumpulkan telah saya paparkan di dua kesempatan, yaitu: Pertama, pada Sarasehan tentang Fatahillah di Museum Kota Tua, Jakarta Pusat, Sabtu, 4 Desember 2010 yang diselenggarakan oleh UPT Kota Tua bekerja sama dengan Himpunan Masyarakat Pelestari Seni Budaya (HMP) Kota Tua dengan  pembicara kunci Igo Ilham dan pembicara lainnya, selain saya adalah JJ Rizal, Mustaqim (budayawan Cirebon), dan Isa Anshori dengan moderator Candrian Attahiyyat.

Kedua, pada Sarasehan Mengangkat Jejak Fatahillah di The Batavia Hotel yang diselenggarakan oleh UPT Kota Tua dengan nara sumber selain saya, yaitu Prof Dr Ahmad Mansur Suryanegara pada 1 Desember 2012. Maka di kolom ini, dari data yang saya dapat dan dipaparkan di dua sarasehan tersebut, saya akan membahas tentang sosok Fatahillah dalam kajian genealogi dan polemiknya secara berseri.

Genealogi Fatahillah

Nasab (keturunan) Fadhillah atau Fatahillah adalah nasab seorang syarif Hadhramaut. Bentuk jamak syarif adalah asyraf. Orang Betawi menyebutnya habib, jamaknya habaib. Penyebutan dari Betawi ini (habib atau habaib) kemudian lebih populer di Indonesia dari pada syarif,  sayyid atau maulana.

Jika Fatahillah seorang syarif Hadhramaut (keturunan Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa), lalu bagaimana nasabnya? Dalam disertasi yang disusun oleh Abu Bakar al-Mascati yang berjudul “Ketika Pasai menaklukkan Majapahit” dikatakan bahwa Fatahillah dilahirkan di Pasai pada tahun 1471 M.

Ia lahir dengan nama Maulana Fadhillah. Gelar Maulana diperoleh karena ia masih keturunan Nabi Muhammad, SAW (dari golongan Sayyid atau Syarif atau Habib). Menurut Saleh Danasasmita, sesorang sejarawan Sunda yang menulis sejarah Pajajaran, dalam bab Surawisesa, Fatahillah adalah Putra Mahdar Ibrahim bin Abdul Ghofur bin Zainul Alam Barokat bin Jamaludin Husein Al-Akbar yang lebih dikenal dengan nama gelarnya yakni Shekh Maulana Jumadil Kubro.

Tulisan sejarawan Saleh Danasasmita ini bersesuaian dengan Kitab Sejarah Melayu “Sulalatus Salatin” karya Tun Sri Lanang, bersesuaian pula dengan  catatan para keturunan Shekh Jumadil Kubro,  baik yang di Malaysia, Cirebon, Banten dan Palembang yang catatan-catatan tersebut juga telah diakui oleh Rabithah Fatimiyyah/Nakabah Azmatkhan sehingga tidak perlu diragukan lagi keabsahannya.

Walau demikian, tidak semua ahli nasab menyetujui pendapat ini, seperti Habib Alidin yang pernah bertugas di Naqabatul Asyraf (salah satu lembaga nasab Alawiyin dan di Al-Maktab Ad-Daimi yang berada di bawah Rabithah Alawiyah).

Ia menyatakan bahwa sampai saat ini dalam kajian nasab Alawiyin - bukan kajian sejarah - nasab Fatahillah masih misterius. Namun, kajian nasabAlawiyin lainnya menjelaskan dengan gamblang tentang nasab Fatahillah seperti yang dijelaskan. Misalnya, bukti-bukti yang ditunjukkan oleh penulis sejarah Aceh, Cut Haslinda, kepada saya tentang nasab Alawiyin dari Fatahillah.    

Berdasarkan  keterangan –keterangan di atas, maka Fatahillah termasuk keturunan Nabi Muhammad ke-23 dari jalur Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa (Syarif Hadhramaut) dengan urutan sebagai berikut:Fadhillah/Fatahillah bin Mahdar Ibrahim Patakan bin Abdul Ghafur bin Barokat Zainul Alam bin Jamaludin Husein bin Ahmad Syah Jalaludin bin Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi (Ammu Faqih) bin Muhammad (Shahib Marbath) bin Ali Qoli’u Qosam bin Alawi Tsani bin Muhammad bin Alawi Awal bin Ubaidillah/Abdullah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad Anakib bin Ali ‘Uraidi bin Ja’far Sidiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Murtadla/Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW.

Bandingan dengan silsilah Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang dijelaskan oleh Dr Muhammad Hasan Al-Aydrus, Dr Muhammad Hasan Al-Aydrus mengutip dari Makhthuthah Al-Ustadz Asy-Syarif Ahmad bin Abdullah As-Saqqaf yang terdapat satu pasal khusus di mana di dalamnya disebutkan nasab Syarif Hidayatullah berdasarkan sumber dari Banten seperti yang tertera di atas.

Naskah itu menyebutkan bahwa Maulana Hasanuddin Sultan Banten pertama bin Syarif Hidayatullah bin `Umdatuddin (di Campa, Indo-Cina) bin Ali Nurul Alim bin Jamaludin Husein bin Ahmad Syah Jalaludin bin Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi (Ammu Faqih) bin Muhammad (Shahib Marbath) bin Ali Qoli’u Qosam bin Alawi Tsani bin Muhammad bin Alawi Awal bin Ubaidillah/Abdullah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad Anakib bin Ali ‘Uraidi bin Ja’far Sidiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Murtadla/Fatimah Az-Zahra binti Muhammad SAW.

Dari kedua silsilah nasab di atas, Fatahillah dan Syarif Hidayatullah bertemu di Jamaludin Husein bin Ahmad Syah Jalaludin. Dengan demikian, jelaslah bahwa Fatahillah dan Syarif Hidayatullah adalah dua sosok yang berbeda namun satu kakek buyut (Jamaludin Husein). 

Lalu, apa nama asli dari Fatahillah dan bagaimana asal nama Fatahillah itu? Nama asilnya Fadhillah atau Maulana Fadhillah dari ibu Syarifah Siti Musalimah binti Maulana Ishak dan Ayah Mahdar Ibrahim Patakan bin Abdul Ghofur, Mufti kesultanan Pasai yang terkenal sangat alim dan menguasai ilmu-ilmu agama antara lain, ilmu alat (nahwu, sharaf dan balaghah), fiqih, usul fiqih, tafsir, hadits dan juga tasawuf sehingga Mahdar Ibrahim juga diberi gelar Sayyid Kamil.

Penambahan nama Khan di depan namanya menjadi Fadhillah Khan terjadi ketika ia tinggal untuk beberapa waktu di daerah Nasrabat, India (tempat asal Maulana Jamaludin Husein/Syekh Jumadil Kubro).

Di Nasrabat setelah ia bertemu sanak kerabatnya dianjurkan menggunakan marga keluarganya yaitu Azmatkhan, sehingga namanya menjadi Fadhillah Azmatkhan, Namun entah kenapa ia lebih populer dengan nama Fadhillah Khan saja yang orang Portugis melafalkannya menjadi Falatehan. 

Pascakeberhasilan menghancurkan Portugis di Sunda Kelapa, Fadhillah Khan memperoleh gelar baru, yaitu Fatahillah. Menurut analisis bahasa dari Dr Nuruddin Ali Muhtarom (pakar bahasa Arab alumni Qatar University, Qatar) kata Fatahillah tidak ada atau tidak dikenal dalam tata bahasa Arab. Kemungkinan gelar itu adalah Fatahallah yang artinya “semoga Allah membebaskan” atau Iftahillah yang artinya “bebaskanlah ya Allah”.

Saya memilih pendapat nama Fatahillah berasal dari Iftahillah karena lebih mendekati dalam pengucapannya yang karena lidah Melayu sulit mengucapkan if kemudian penyebutannya berubah menjadi Fatahillah. (bersambung…)


Penulis adalah peneliti genealogi intelektual ulama Betawi. Ia kini diamanahi sebagai Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC). Ia dipercaya sebagai Sekretaris RMI NU DKI Jakarta