Muhammad Syakir NF
Kolomnis
Wabah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V diartikan sebagai penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas (seperti wabah cacar, disentri, kolera; epidemi. Kata wabah sendiri dalam KBBI V tidak dianggap sebagai sebuah kata serapan dari Bahasa Arab.
Lepas dari hal tersebut, setidaknya kata wabah dengan tiga bentuk, yakni wabah, berwabah, dan wabak, disebut 15 kali dalam manuskrip Melayu yang terdokumentasikan dalam Malay Concordance Project (MCP).
Kata wabah disebutkan sekali dalam Syair Kiamat. Pun dengan kata berwabah dituliskan sekali dalam Syair Raja Damsyik. Sementara itu, kata wabak disebut 13 kali, yakni satu pada Kitab Takbir, satu pada Hikayat Iskandar Zulkarnain, dua pada Puisi-puisi Kebangsaan, dan sembilan kali pada Bustan al-Salatin koleksi Royal Asiatic Society.
Motif Wabah dalam Naskah Kuno Melayu
Dari 15 kata yang termaktub dalam manuskrip-manuskrip Melayu, ada beberapa konteks yang melatarinya. Pertama, konteks wabah dalam Syair Raja Damsyik (Dmsy.S 671b) koleksi H von de Wall yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Dicapai puteri bunga bergubah
Baunya harum tidak berwabah
Diambilnya air lalu disimbah
Rupanya elok segar bertambah
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa syair merupakan salah satu bentuk dari karya sastra lama. Salah satu cirinya adalah bentuknya yang terikat, yakni aaaa. Artinya, akhir dari setiap baris haruslah berbunyi sama.
Hal serupa juga terdapat dalam naskah Puisi-puisi Kebangsaan. Bedanya, kata wabak (bahasa Melayu dari wabah), menunjukkan makna aslinya sebagai sebuah penyakit yang merebak. Ada dua bait yang menyebut wabak. Berikut kutipan puisinya.
PK 298:9d | Warta, utusan menjadi pembantu , wirakan Melayu di ini waktu , watan dijaga dengan bersatu, wabak yang jahat humban ke batu. |
PK 146:7b ... | Watas kebenaran dasarnya kita, wabak terputus kebangsaan di kota, wakafkan negeri tidak dicita, warta kebengisan tolakkan serta. |
Naskah ini sudah disunting oleh Abdul Latiff Abu Bakar dengan judul Puisi-Puisi Kebangsaan 1913-1957 dan diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Kebangsaan Kuala Lumpur pada tahun 1987.
Konteks kedua dari wabah dalam naskah-naskah kuno Melayu adalah sebagai sebuah memori kolektif, meminjam istilah Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Oman Fathurahman, masyarakat Nusantara. Hal ini terdapat dalam Kitab Takbir (Tkbr 123:14). Berikut petikannya.
Dan jika mimpi tanah dimakannya tanah itu, alamat akan beroleh harta banyak adanya. Dan mimpi bumi itu, alamat ngerinya keturunan bala atau wabak dan raja-raja pun sangat aniaya. WalLāhu a`lām.
Penulis memahami teks tersebut jika ada yang bermimpi bumi dimakan, maka akan turun bala atau wabah. Karena hal tersebut, raja pun sangat bersusah payah menghadapi hal tersebut.
Hal tersebut bukan merupakan prediksi atau ramalan, tetapi sebagai memori kolektif, meminjam istilah Oman Fathurahman. Sebab, ada kemungkinan bahwa peristiwa tersebut terjadi ketika masa lampau sehingga hal tersebut ditulis dalam kitab itu.
Motif lainnya adalah sebagai cerita sebagaimana dalam naskah Syair Kiamat koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Dalam naskah syair yang disalin oleh Encik Husin Bugis itu disebutkan sebagai berikut.
Didatangkan Allah Tuhan Yang Baka
Besarlah wabah atas mereka
Mayatnya banyak tiada terhingga
Kepada sehari entah beberapakah
Cerita di atas memang belum pernah terjadi. Tapi, hal tersebut sangat dimungkinkan mendasarinya pada sumber-sumber primer hadis. Sebab, beberapa kali Nabi Muhammad saw. menyampaikan berbagai tanda kiamat.
Berbeda dengan Syair Kiamat yang bersifat masa depan, kata wabak dalam konteks cerita juga disebutkan sebagai hal yang pernah terjadi di masa lampau, seperti termaktub dalam Hikayat Iskandar Zulkarnain dan Bustan al-Salatin.
Maka diturunkan atas mereka itu wabak, mati mereka itu melainkan yang dikehendaki Allah daripada mereka itu iaitu Syam dan Yafat dan Ham.
Dan pada Hijrah tujuh puluh sembilan tahun turun wabak ke benua Syam, terlalu sangat hingga hampir segala isi negeri itu akan binasa daripada sangat wabak itu.
Syekh Nuruddin al-Raniri dalam Bustan al-Salatin, sebagaimana disebutkan pada kutipan di atas, menunjukkan bahwa wabah pada saat itu, yakni pada masa Sultan Abdul Malik Dinasti Umayah, sangat dahsyat hingga hampir semua orang meninggal akibatnya.
Di lain masa, Syekh Nuruddin juga menceritakan pada tahun 288 H, wabah yang mengerikan pernah terjadi di Azerbaijan. Saat itu, saking banyaknya manusia yang meninggal hingga membuat kain kafan langka. Akhirnya, banyak di antara mayit itu dikafani dengan kambeli, yakni kain kasar yang terbuat dari bulu domba.
Di samping itu, Al-Raniri pun mengisahkan kematian Sultan Yazid akibat wabah di Damaskus. Sultan Yazid yang dimaksud di sini adalah Yazid bin Abu Sufyan, seorang Gubernur Damaskus yang masih saudara dari Muawiyah bin Abu Sufyan.
Padahal saat itu, ia baru memegang tampuk kepemimpinan lima bulan 12 hari. Pernah juga wabah terjadi di Basrah. Saban hari, terdapat 70 ribu manusia meninggal akibatnya. “Tiada ada tinggal daripada mereka itu melainkan sedikit jua,” begitu tulis al-Raniri.
Ala kulli hal, dari data manuskrip tersebut, kita mengetahui bahwa wabah sudah terjadi sejak dahulu kala. Korbannya pun tak kalah banyaknya dengan hari ini, wabah Covid-19 yang menyerang ratusan ribu manusia dengan korban meniggal juga puluhan ribu.
Kita juga sudah diperingatkan bahwa kelak sebelum kiamat juga bakal banyak terjadi hal serupa. Tentu dari sini, kita dituntut untuk senantiasa menjaga diri kita dengan berlaku sehat sebagai ikhtiar untuk terhindar dari penyakit tersebut.
Penulis: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua