Sejumlah kiai lain juga hadir, di antaranya KH Maimoen Zubair, KH Kafabihi Mahrus yang juga shohibul bait, KH Husein Muhammad, dan kiai-kiai lainnya.
Di tengah ngobrol asik dengan Kiai Husein, pembawa acara nikahan tiba-tiba mempersilakan Gus Mus untuk memberikan ceramah atau mau’idzah hasanah di atas panggung. Gus Mus sedikit terkejut.
“Loh, aku? Sopo sing njaluk aku mau’idzah hasanah (Loh, aku? Siapa yang meminta saya mau’idzah hasanah)?” gumamnya di samping Kiai Husein karena menurut Gus Mus kala itu banyak kiai sepuh yang lebih pantas memberikan mau’idzah hasanah.
Gus Mus sedikit mendebat, “Ah, tuan rumah enggak ngomong karo aku (Ah, tuan rumah enggak ngomong dengan saya).” Suasana tersebut akhirnya terselesaikan ketika Kiai Kafabihi matur sendiri ke Gus Mus.
Gus Mus akhirnya naik panggung. Spontan, panitia menawarkan ke Gus Mus, “Nopo lungguh dateng kursi, nopo ngadeg, kiai (mau duduk di kursi atau berdiri, kiai)?”
“Ngadeg ae. Lungguh iso suwe, nek ngadeg iso sedelat (Berdiri saja. Duduk bisa lama, kalau berdiri bisa sebentar)”. (Ahmad)
Terpopuler
1
Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
2
Khutbah Jumat: Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
3
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
4
Khutbah Jumat: Meraih Berkah dan Syafaat dengan Shalawat
5
Khutbah Jumat: Rabiul Awal, Maulid, dan Keutamaan Membaca Shalawat
6
Kemenag Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024 Malam Ini, Berikut Cara Ceknya
Terkini
Lihat Semua