Internasional

Amerika Serikat Veto Putusan Dewan Keamanan PBB, Gencatan Senjata di Gaza Kembali Batal

Kamis, 21 November 2024 | 13:30 WIB

Amerika Serikat Veto Putusan Dewan Keamanan PBB, Gencatan Senjata di Gaza Kembali Batal

Perwakilan Amerika Serikat saat memveto keputusan genjatan senjata Dewan Keamanan PBB. (Foto: tangkapan layar Yuotube United Natoins)

Chicago, NU Online

Amerika Serikat menggunakan hak vetonya dalam membatalkan resolusi permintaan gencatan senjata segera, tak bersyarat, dan permanen di Gaza dalam Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (21/11/2024) pagi. Padahal, ada 14 negara anggota DK PBB yang mendukung resolusi gencatan tersebut. Upaya gencatan senjata di Gaza kembali gagal.


“Draf resolusi tidak diadopsi disebabkan ketiadaan dukungan anggota permanen Dewan Keamanan,” kata pimpinan rapat DK PBB, Barbara Woodward yang juga merupakan perwakilan dari Inggris.


“Meskipun suara (gencatan senjata) diikuti dukungan untuk resolusi dari 14 anggota DK PBB, teks resolusi tidak dapat diadopsi karena veto Amerika Serikat,” demikian bunyi pers rilis PBB.


Robert Wood, perwakilan Amerika Serikat, mengatakan bahwa resolusi ini akan mengirimkan pesan yang berbahaya kepada Hamas, bahwa tidak perlu kembali ke meja perundingan. Hal ini mengingat bahwa kelompok tersebut telah menolak “kesepakatan demi kesepakatan”. 


Di samping itu, Washington DC tidak dapat mendukung gencatan senjata tanpa syarat yang gagal membebaskan para sandera. Ia mengaku, pihaknya mendengar bahwa beberapa menginginkan veto AS daripada produk konsensus.

 

Karenanya, Wood menekankan bahwa Pemerintahnya telah melakukan lebih banyak daripada negara lain mana pun untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza.


Resolusi tersebut menyerukan pembebasan tawanan yang ditahan di Gaza. Namun, Amerika Serikat menyampaikan penentangannya terhadap tuntutan gencatan senjata "tanpa syarat".


"Kami telah menjelaskan sepanjang negosiasi bahwa kami tidak dapat mendukung gencatan senjata tanpa syarat yang gagal membebaskan para sandera," kata Robert Wood, wakil utusan AS untuk PBB, selama sesi di New York, sebagaimana dilansir Al Jazeera.


"Akhir perang yang langgeng harus dicapai dengan pembebasan para sandera. Kedua tujuan mendesak ini saling terkait erat. Resolusi ini mengabaikan kebutuhan itu, dan karena alasan itu, Amerika Serikat tidak dapat mendukungnya," lanjutnya.


Menanggapi hal tersebut, perwakilan Federasi Rusia menyatakan tidak akan membiarkan Amerika Serikat membungkam suara Dewan Keamanan dan terus mendukung operasi Israel yang lebih kejam. Ia juga menyebut penentangan "dingin dan sinis" Washington, D.C. terhadap penyelamatan nyawa sebagai "tidak manusiawi". 


"Anda hari ini telah menunjukkan dengan jelas bahwa Anda sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga sipil yang tidak bersalah," katanya sebagaimana dilansir situsweb PBB.


Jika diadopsi, menurutnya, resolusi tersebut akan mengirimkan sinyal yang jelas kepada para pihak untuk mengakhiri kekerasan dan bergerak menuju penyelesaian diplomatik.


Senada, delegasi China juga mengatakan bahwa penggunaan hak veto yang lama oleh Amerika Serikat telah menghancurkan harapan rakyat Gaza untuk bertahan hidup.

 

Apa yang disebut “negosiasi diplomatic” — yang dilakukan oleh Amerika Serikat, menurutnya, tidak mengalami kemajuan. Bahkan pasokan senjata yang terus berlanjut telah menjadi faktor penentu dalam perang yang berlangsung begitu lama. 


“Bersikeras menetapkan prasyarat gencatan senjata sama saja dengan memberi lampu hijau bagi perang yang terus berlanjut”, katanya.