Internasional

Cerita ‘Begal Buka Puasa’ di Sudan

Rabu, 8 Mei 2019 | 10:30 WIB

Cerita ‘Begal Buka Puasa’ di Sudan

Ilustrasi makanan buka puasa (Pinterest)

Jakarta, NU Online
Senja merapat ke langit Sudan saat orang-orang sudah berjajar di pinggir jalan dengan sesaji lengkap terhidang. Ya, begitulah pemandangan Sudan saban bulan Ramadhan tiba. Mereka bukan sedang berjualan sebagaimana para penjaja kolak di pinggir-pinggir jalan di Indonesia. Tidak. Mereka sengaja menghidangkan makanan di jalan guna mengajak para pengguna jalan berbuka puasa bersama.

Mereka menghentikan mobil-mobil yang berlalu-lalang di jalanan. Para pengemudi tersebut kemudian diajak untuk menikmati hidangan buka puasa bersama. "Kalau orang Sudan setiap kali buka selalu nyetop mobil yang lewat dengan tujuan untuk diajak buka bersama," kata Imam Musthofa, Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan, kepada NU Online, Rabu (8/5) malam.

Orang-orang, kata Imam, menyebut mereka ‘begal buka puasa’ karena cara yang digunakannya untuk mengajak orang lain berbuka puasa dengan menghentikan mobil. "Di sini kebanyakan orang menamainya 'begal buka puasa'," katanya. 

Imam menceritakan, acara buka puasa bersama di Sudan menjadi hal lumrah. Bukan hanya masjid dan lembaga tertentu yang mengadakan buka bersama, tetapi setiap keluarga juga menyediakannya, bahkan di jalan-jalan sekalipun.

Dia menambahkan, saat berbuka masyarakat Sudan menyediakan berbagai macam makanan seperti balakh (kurma yang dikeringkan) dan balela (terbuat dari kacang-kacangan). Sementara untuk minuman, ada karkade (rosela), khulmur (minuman khas sudan), dan ardib (asem).

"Mirip-mirip jamu tapi seger buat buka puasa," ujarnya, mendeskripsikan rasa khulmur.

Usai berbuka, lanjut Imam, mereka tidak langsung bergerak pulang. Mereka melanjutkan kegiatan bersama dengan shalat tarawih berjamaah. "Setelah berbuka mereka langsung shalat berjamaah. Kemudian tarawih," ucap alumnus Pondok Pesantren Darul Ulum, Margoyoso, Sumberjo, Lampung itu.

Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat Sudan umumnya melaksanakan shalat tarawih delapan sampai 10 rakaat dalam satu malam. Jika dihitung dengan shalat witir, maka jumlahnya 11-13 rakaat.

"Ada beberapa masjid yang tarawihnya 10 (rakaat). Tapi kebanyakan itu delapan rakaat," pungkas mahasiswa jurusan Bahasa Arab Universitas Afrika, Sudan itu. (Syakir NF/Muchlishon)