Internasional FORUM R20

Isi Pidato Paus Fransiskus dalam Forum R20 di Bali

Kamis, 3 November 2022 | 12:30 WIB

Isi Pidato Paus Fransiskus dalam Forum R20 di Bali

Para tokoh agama dunia pada gelaran Forum Keagamaan G20, Religion of Twenty (R20) di Bali 2-3 November 2022. (Foto: NU Online/Suwitno)

Nusa Dua, NU Online

Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus merupakan salah satu tokoh yang ikut berpartisipasi dalam gelaran Forum Keagamaan G20, Religion of Twenty (R20) di Bali 2-3 November 2022.

 

Namun, Paus Fransiskus belum bisa menghadiri secara langsung forum para tokoh dan pemimpin agama di dunia itu. Tetapi ia tidak mau ketinggalan dengan menyampaikan pidato singkat lewat Dubes Vatikan untuk Indonesia, Mgr Piero Pioppo pada Selasa (2/11/2022).

 

Berikut teks pidato Paus Fransiskus dalam Forum R20 di Bali.

 

Kepada peserta Forus Agama R20 di Bali, Indonesia

 

Saudara-saudari terkasih,

Saya menyampaikan salam hormat saya kepada semua yang berpartisipasi dalam Forum Keagamaan G20 dan saya mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah menyelenggarakan acara ini.


Pertemuan Anda di Bali, yang mendahului KTT G20, memberikan kesempatan yang tepat, sebagai pemimpin dan perwakilan agama, untuk bersama-sama merenungkan isu-isu dan kebutuhan tertentu yang bersifat mendesak di zaman kita. Yang paling nyata di antaranya adalah pertanyaan tentang peran agama dalam mencari solusi atas krisis yang dewasa ini tidak hanya menimpa individu, tetapi juga seluruh masyarakat, negara, dan komunitas internasional. Sebab di tengah masyarakat yang mengglobal, tradisi keagamaan dan kearifan yang agung terpanggil untuk membuktikan adanya warisan spiritual dan moral bersama, berdasarkan dua prinsip: transendensi dan persaudaraan" (Pembacaan Deklarasi Akhir dan Kesimpulan Kongres, Nur-Sultan, 15 September 2022).


Berbicara mengenai transendensi mengingatkan kita bahwa aspirasi tertinggi manusia tidak dapat dikesampingkan dari kehidupan publik dan hanya dikaitkan dengan ruang privat. Laki-laki dan perempuan di mana pun, meskipun memiliki budaya, bahasa, dan tradisi agama yang berbeda, mengajukan pertanyaan mendasar yang sama:


Siapakah saya? Dari mana saya berasal? Mengapa ada ketidakadilan, kejahatan dan kematian di dunia? Apa yang terjadi setelah kehidupan ini berakhir? Dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini, agama-agama dunia memanggil kita untuk melihat melampaui ilusi otonomi diri kita sendiri dan membawa visi kita kepada Yang di Atas, kepada Tuhan yang menciptakan kita untuk menjadi satu keluarga manusia dan yang menawarkan kehidupan dan harapan bagi semua.


Sayangnya, dunia semakin ditandai dengan pengabaian Tuhan dan pelanggaran yang dilakukan atas nama-Nya. Kita harus menegaskan bahwa ekstremisme, radikalisme, terorisme dan semua dorongan lain yang menciptakan kebencian, permusuhan, kekerasan dan perang, apa pun motivasi atau tujuannya, tidak berkaitan dengan semangat autentik agama dan harus ditolak dengan cara yang paling tegas. Sebaliknya, adalah tanggung jawab kita, sebagai individu beriman dan sebagai pemimpin komunitas kita masing-masing, untuk mendorong jalan dialog timbal balik, cinta dan rekonsiliasi yang mengarah pada perdamaian sesuai dengan rencana Yang Mahakuasa. Dalam hal ini, agama, sama sekali bukan penyebab berbagai krisis yang kita hadapi saat ini, melainkan menjadi bagian dari solusi. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha untuk menjadi saksi dalam kehidupan sehari-hari dan tindakan nyata, "atas kebesaran iman kepada Tuhan yang menyatukan hati yang terpecah belah dan meninggikan jiwa manusia" (Dokumen Persaudaraan Umat untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama, Abu Dhabi, 4 Februari 2019)


Namun, pada saat yang sama, kita tidak dapat menyatakan kesetiaan sejati kepada Allah jika kita tidak menunjukkan kasih kepada sesama manusia, khususnya kepada kaum papa dan paling rentan. Memperkuat ikatan persaudaraan merupakan kontribusi penting agama bagi tatanan sosial yang sehat. Dalam hal ini, saya mendorong upaya Anda untuk mempromosikan pembangunan manusia seutuhnya pada setiap perempuan dan laki-laki, membela hak-hak dasar dan martabat mereka, terutama karakter suci dan mutlak kehidupan manusia pada semua tahapnya, dan berkontribusi pada kehidupan bersama yang harmonis di antara semua anggora masyarakat dunia. Demikian juga, kita semua, terlepas dari agama tertentu yang kita anut, memiliki kewajiban moral untuk merawat bumi, yang merupakan rumah kita bersama, melestarikan keindahan karunia ciptaan ilahi bagi generasi sekarang dan masa depan. Dalam mengemban tanggung jawab tersebut, umat beragama akan sangat berkontribusi dalam membangun dunia yang semakin penuh persaudaraan, adil dan damai.


Dua kontribusi khusus yang diberikan agama ini semakin menyoroti peran yang sangat diperlukan dari dialog antaragama dalam menyembuhkan umat manusia yang terluka, membentuk etika kepedulian terhadap bumi, dan menabur benih harapan untuk masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, saya percaya bahwa pembicaraan Anda selama Forum Keagamaan ini, dalam semangat berdialog satu sama lain, akan bermanfaat bagi kebaikan bersama dengan mengingat pemeliharaan Tuhan untuk semua yang telah Dia buat untuk saudara dan saudari di mana pun berada serta kebutuhan untuk meningkatkan ikatan solidaritas persaudaraan. Dengan cara ini, usaha Anda dapat berkontribusi untuk menyelesaikan berbagai krisis yang dihadapi umat manusia dan dengan demikian benar-benar melayani demi kebaikan saudara-saudara kita.


Dengan perasaan ini, saya sekali lagi mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus dan teriring doa untuk Anda semua. Bagi Anda masing-masing dan orang yang Anda cintai, saya memohon berkah berlimpah dari Yang Maha Tinggi.


Roma, dari Santo Yohanes Lateran, 2 November 2022


Editor: Fathoni Ahmad