Internasional

Istri di Iran Dipenggal Suami atas nama Kehormatan, Aktivis Prediksi Penyebabnya

Kamis, 17 Februari 2022 | 14:30 WIB

Istri di Iran Dipenggal Suami atas nama Kehormatan, Aktivis Prediksi Penyebabnya

Ilustrasi: Honor killing mungkin disebabkan cara pandang patriarkis yang meletakkan perempuan sebagai kelas kedua.

Jakarta, NU Online
Cerita memilukan menimpa Mona Haedari, perempuan (17) asal Iran. Melansir situs web Metro.co.uk, Mona tewas dipenggal oleh suami dan saudara iparnya dengan dalih honor killing atau pembunuhan demi martabat.

 

Honor killing merupakan praktik pembunuhan terhadap anggota keluarga yang dituduh telah melakukan tindakan memalukan. Lantas mengapa perbuatan tidak manusiawi ini bisa terjadi?

 

Sekretaris Jenderal Internasional Asian Muslim Action Network (AMAN) dan Country Representative Aman Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah menjawab, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi praktik honor killing. 

 

"Pertama, cara pandang patriarkis yang meletakkan perempuan sebagai kelas kedua. Perempuan dianggap bukan manusia yang memiliki martabat sama dengan laki-laki. Praktik honor killing sering ditujukan kepada perempuan yang dianggap tidak bisa berbuat baik pada keluarga," terang Ruby saat diwawancara NU Online via sambungan telepon, Kamis (17/2/2022).

 

Dalam kasus ini, kata Ruby, suami merasa memiliki otoritas tunggal  untuk menafsirkan kesalahan istrinya. Hal ini diakibatkan karena adanya sifat dominan suami yang menjadikan dirinya memiliki perasaan kuasa atas istrinya.

 

"Tuduhan semena-mena bisa diarahkan pada perempuan tanpa memberikan kesempatan perempuan membela diri. Ini artinya tafsir tentang perempuan baik atau tidak hanya dimiliki pihak suami, kakak laki-laki atau ayah," kata aktivis perempuan itu.

 

Faktor kedua terjadinya honor killing, lanjut dia, karena tingginya praktik perkawinan anak di masyarakat. Mona dikawinkan umur 12 tahun. Secara hukum jelas pelanggaran karena batas umur menikah di Iran adalah 13 tahun. 

 

"Dalam konteks ini, secara tidak langsung negara ikut memfasilitasi terjadinya perkawinan anak, yang tentu bisa berkontribusi pada honor killing," ujar Ruby.

 

Faktor ketiganya adalah pelanggengan honor killing atas nama budaya. Padahal, budaya yang tidak memberikan perlindungan pada perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya, menurut Ruby, seharusnya tidak dijadikan patokan.

 

"Praktik ini harus segera dihapuskan, karena berpotensi impunitas tinggi. Apalagi honor kiling terjadi menggunakan alasan melindungi kehormatan keluarga," tutur peraih penghargaan N-Peace Awards (2016) itu.

 

Belajar dari kisah tersebut, perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur itu berharap agar pemerintah Indonesia juga turut memperhatikan perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), atau bentuk kekerasan seksual lainnya yang berpotensi menimbulkan mudharat yang lebih besar.

 

Kronologis pembunuhan Mona Heydari
Sebagai informasi, Kisah pilu Mona Heydari ketika ia baru menginjak usia 12 tahun. Oleh keluarganya ia dipaksa menikah dengan sepupunya Sajjad Heydari. Setelah pernikahan itu, petaka mulai datang menimpa gadis belia tersebut.

 

Sejak keduanya menikah, bukan kebahagiaan yang didapatkan oleh Mona Heydari, justru ia sering mendapatkan perlakukan kasar hingga berujung KDRT. Meski kerap dikasari sang suami, Mona Heydari memilih mempertahankan pernikahannya demi sang buah hatinya yang berusia tiga tahun.

 

Namun, semakin hari, perlakuan kasar sang suami makin tak tertahankan. Mona Heydari pun meminta cerai. Karena ditolak, ia nekat kabur ke Turki. 

 

Sekitar empat bulan berada di Turki, oleh keluarganya Mona dibujuk untuk pulang ke Iran. Apesnya, setibanya di Iran, ia justru ditangkap dan disekap oleh Sajjad dan saudaranya lelakinya.

 

Menurut laporan East2West News, kepala Mona Heydari dipenggal dengan kondisi badan terlebih dahulu diikat. Mirisnya, usai dibunuh dan dipenggal, pelaku Sajjad dengan mimik wajah bangga sembari tersenyum menenteng kepala Mona keliling jalanan Kota Ahvaz.

 

Dari laporan terkini, kedua pria yakni Sajjad dan saudara lelakinya telah ditangkap aparat setempat. Namun belum jelas hukuman apa yang bakal menjerat keduanya.

 

Parahnya, aksi Sajjad itu terekam kamera video hingga viral di jagat media sosial Iran. Kelakuannya pun memantik reaksi keras dari mayoritas warga Iran.

 

Mereka pun mendesak pemerintan Iran merevisi undang-undang untuk lebih memperketat perlindungan terhadap perempuan. Termasuk menaikkan batas umur untuk menikah di negara itu.

 

Pembunuhan atas nama kehormatan
Middle East Institute (MEI) melaporkan, setiap tahun 400-500 wanita dibunuh secara brutal di Iran untuk melindungi kehormatan pria. Pembunuhnya biasanya adalah kerabat dekat—seringkali ayah, suami, atau saudara laki-laki korban. 

 

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan di The Lancet pada Oktober 2020, setidaknya 8.000 pembunuhan semacam itu dilaporkan di Iran antara 2010 dan 2014. 

 

"Jumlah korban pembunuhan demi kehormatan lebih besar daripada yang dilaporkan karena dalam beberapa kasus wanita didorong untuk bunuh diri atau penyebab kematiannya tidak dilaporkan sebagai pembunuhan tetapi sebagai penyakit," kata pendiri Organisasi Iran Stop Honor Killings, Dr Rezvan Moghadam.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan