Internasional

Konferensi PCINU Belanda Bahas Peran Agama Hadapi Krisis Sosial

Rabu, 8 Juni 2022 | 15:30 WIB

Konferensi PCINU Belanda Bahas Peran Agama Hadapi Krisis Sosial

Konferensi PCINU Belanda

Jakarta, NU Online
Krisis yang melanda dunia akibat pandemi Covid-19 membawa dampak besar bagi berbagai hal, terlebih pada wilayah sosial kemasyarakatan. Dari situ, perlu dilihat peran serta agama dalam mengurai dampaknya.


Hal itulah yang melandasi pemilihan tema konferensi ilmiah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda, yakni “Reimagining Religion and Values in Time of (Societal) Crisis” (Menata Kembali Agama dan Nilai-nilai di Saat Krisis Sosial).


Penambahan nilai-nilai pada tema tersebut sebagai sebuah afirmasi terhadap dunia Barat yang lebih berpegang pada nilai universal. Sebab, agama tidak 'menjual' di khalayak Barat.


"Agama saja tidak 'menjual' karena orang tidak mengambil dari agama saja. Karenanya ditambahkan nilai-nilai itu," ujar Adrian Perkasa, Ketua Panitia Penyelenggara Konferensi Internasional Dwitahunan Ketiga PCINU Belanda, kepada NU Online pada Selasa (7/6/2022).


Konferensi ini digelar pada hari ini, Rabu (8/6/2022) hingga Kamis (9/6/2022) di Universitas Vrije, Amsterdam, Belanda. Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin dikabarkan akan membuka kegiatan ini.

 

Adrian menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari konferensi 23-27 Agustus tahun lalu yang digelar secara daring mengingat masih dalam situasi pandemi.


Tema di atas akan dieksplorasi lebih jauh dalam diskusi bersama dua narasumber kunci, yakni Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Gus Ulil Abshar Abdalla dan Politisi Muslim Belanda Joram van Klaveren.


Kandidat doktor Universitas Leiden itu menjelaskan bahwa Joram mulanya merupakan seorang politisi yang antiislam dan ultranasionalis. Pada suatu ketika, ia mendapat hidayah masuk Islam. Ia belajar ke ulama yang memiliki paradigma pemikiran dan amalan serupa NU, neo-tradisionalisme. Bahkan mempelajari tasawuf juga.


Selain itu, tema tersebut juga akan dibahas secara lebih mendalam pada diskusi panel yang terbagi dalam enam bidang, yakni (1) Menjembatani krisis kemanusiaan dan moderasi beragama; (2) Agama dalam krisis sosial-ekologis dan ekonomi; (3) Reharmonisasi nilai-nilai agama dalam ilmu pengetahuan, kemajuan dan inovasi; (4) Agama, Peran Gender dan Hak Perempuan; (5) Krisis identitas: nasionalisme, budaya global dan masa depan agama ; dan (6) Dekolonisasi agama: Hurgronje, Islam Indonesia dan kesadaran pascakolonial


Kabar terakhir yang diterimanya, sudah hadir 58 peserta, bukan hanya dari Indonesia dan Belanda, melainkan dari belahan negara lainnya, seperti Jerman dan Australia. Belum lagi peserta dari PCINU yang ada di sekitar Belanda.


Tak ayal, karena sudah digelar untuk kali ketiga,  konferensi internasional yang digelar PCINU Belanda ini sudah cukup diakui reputasi akademiknya. "Reputasi akademiknya cukup diakui akademisi Belanda. Gaung secara akademiknya sudah diakui. Tidak hanya mereka dari Indonesia," katanya.


Konferensi ini bukan hanya diskusi ilmiah, melainkan ada pula pameran foto-foto manuskrip karya ulama Nusantara dan peristiwa-peristiwa bersejarah mengenai hubungan Islam Nusantara di Belanda. Pameran ini mengangkat tema The Traversing of Islam Nusantara in Netherlands, Pergerakan Islam Nusantara di Belanda.


Dialog antariman di sebuah gereja tua di Denhag juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan ini. Dialog tersebut terselenggara atas kerja sama PCINU Belanda dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag dan Netherlands-Indonesia Consortium for Christian Muslim Relations (NICMCR).


Selain itu, ada pula forum rektor perguruan tinggi Indonesia dan Belanda, serta Nuffic Nesso. Hal ini bisa melahirkan hasil yang lebih konkret, seperti tindak lanjut untuk riset bersama antardosen, pertukaran pengajar dan pelajar, atau hal lainnya yang bisa dihasilkan dalam forum tersebut.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin