Miris, Arab Saudi Tangkapi Ulama karena Mengkritik Kebijakan Kerajaan
Selasa, 8 September 2020 | 08:30 WIB
A Muchlishon Rochmat
Penulis
Jakarta, NU Online
Sejak diangkat menjadi Putra Mahkota Saudi pada 2017, Mohammed bin Salman (MBS) melakukan sejumlah langkah radikal dan kontroversial di Kerajaan Arab Saudi. Beberapa langkah MBS dalam menyikapi kritik warga terhadap kebijakan kerajaan dinilai miris.
Salah satunya adalah menangkap banyak orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Mulai dari aktivis dunia maya, ekonom, penyair, kepala organisasi pemuda, jurnalis, akademisi, hingga ulama. Lantas, apa alasan otoritas Saudi melakukan itu?
Pada 14 September 2017, The New York Times memberitakan bahwa Arab Saudi mulai melancarkan tindakan keras terhadap sejumlah pihak yang dianggap menentang kebijakan Putra Mahkota Kerajaan, Mohammed bin Salman (MBS). Hasilnya, 16 orang ditangkap dalam kurun waktu sepekan pada saat itu.
Mereka yang ditangkapi itu merupakan ulama terkemuka, akademisi, penyair, ekonom, jurnalis, dan kepala organisasi pemuda. Sedikitnya dua perempuan dan seorang pangeran, serta anak seorang mantan raja juga tak luput dari penahanan paksa ini.
Beberapa dari mereka yang ditangkapi antara lain seorang ulama berpengaruh, Salman al-Awda; Pangeran Abdulaziz bin Fahd, putra Raja Fahd yang juga keponakan Raja Salman; Essam al-Zamil, seorang penulis dan ekonom; Ziyad bin Naheet, seorang penyair.
Seorang jurnalis dan komentator politik Arab Saudi, Jamal Khashoggi, berkomentar bahwa penangkapan orang-orang oleh otoritas Saudi tidak lah masuk akal. Dia menolak pendapat yang dikampanyekan pendukung Kerajaan di media sosial bahwa individu-individu yang ditahan itu merencanakan sebuah perlawanan terhadap negara.
“Tidak ada konspirasi. Tidak ada yang meminta penangkapan semacam itu. Mereka bukan anggota organisasi politik, dan mereka mewakili sudut pandang yang berbeda," kata Khashoggi kala masih hidup.
Setahun berselang, tepatnya 2 Oktober 2018, Jamal Khashoggi dibunuh ketika mendatangi Konsulat Arab Saudi di Istanbul Turki untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan kekasihnya, Hatice Cengiz. Hingga hari ini, kematian Khashoggi masih menjadi misteri. Jenazahnya belum ditemukan.
Begitu juga dengan dalang di balik pembunuhan itu. Beberapa pihak menyebut MBS lah otak di balik pembunuhan itu. Namun MBS berulang kali membantah terlibat dalam kasus tersebut.
Kemudian pada Jumat, 13 Juli 2018, otoritas Arab Saudi mengamankan Safar al-Hawali (68) dan ketiga anaknya. Ia ditangkap karena selama ini kerap sekali mengkritik keluarga Kerajaan Saudi yang korup dan bekerja untuk Barat.
Al-Hawali adalah seorang ulama yang berafiliasi dengan organisasi Sahwa Movement (Gerakan Kesadaran). Kelompok Sahwa lahir karena keresahan demokrasi di Arab Saudi. Ia dikenal sebagai ulama Saudi yang vokal terhadap Kerajaan Saudi.
Dalam keterangan sebuah akun Twitter dengan nama Moatqali al-Ray (Penjara Hati Nurani), al-Hawal ditangkap otoritas Saudi hanya beberapa hari setelah dia menerbitkan bukunya yang berjudul Muslim dan Peradaban Barat. Ketika ditangkap, al-Hawali dan anaknya ditutup matanya dan diikat.
Laman Middle East Monitor menyebutkan bahwa isi dari buku itu adalah kritikan terhadap keluarga penguasa Arab Saudi dan Pangeran Abu Dhabi, Mohamad bin Zayed. Dalam buku setebal tiga ribu halaman tersebut, al-Hawali menilai keluarga Kerajaan Saudi membuang uang dengan proyek-proyek palsu.
Selain itu, al-Hawali juga mengkritik keras Putera Mahkota Saudi Mohamad bin Salman yang menjalin perjanjian rahasia dengan pihak Israel.
Kemudian yang teranyar, otoritas Arab Saudi dilaporkan telah menangkap dua ulama ternama, Saud al-Funaisan dan Abdullah Basfar. Saud al-Funaisan adalah seorang profesor di Universitas Al-Imam Riyadh. Dia pernah menduduki jabatan dekan di kampusnya itu. Ia ditangkap pada Maret lalu.
“Kami mengonfirmasi penahanan Syekh Saud al-Funaisan sejak Maret 2020,” tulis akun Twitter Prisoners of Conscience.
Sementara Basfar adalah ulama yang juga salah seorang qari (pembaca Al-Qur’an) ternama di dunia Islam. Dia adalah seorang profesor di Departemen Studi Syariah dan Islam di Universitas King Abdul Aziz Jeddah. Dia juga tercatat pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Kitab dan Sunnah Dunia.
“Kami mengonfirmasi penangkapan Syekh Dr Abdullah Basfar sejak Agustus 2020," demikian tulis akun Twitter Prisoners of Conscience, Jumat (4/9).
Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengapa dua ulama tersebut ditangkap. Dikutip dari laman Middle East Monitor, Sabtu (5/9), langkah itu memicu pro-kontra di wilayah Kerajaan. Sebagian orang memuji penahanan itu dan menyebutnya sebagai bagian dari tindakan keras terhadap ekstremisme di Kerajaan.
Hal itu disebut sesuai dengan rencana Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) yang ingin menghapus identitas agama Saudi.
Sedangkan sebagian warga yang lainnya menyebut bahwa penangkapan tersebut merupakan kampanye terbuka untuk menyingkirkan Islam dan menanamkan kejahatan di tanah Haramain.
Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
2
Menkomdigi Laporkan 80 Ribu Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terpapar Judi Online
3
Kabar Duka: KH Munsif Nachrowi Pendiri PMII Wafat
4
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
5
Komisi III DPR Singgung Judi Online Masuk Kategori Kejahatan Luar Biasa
6
Khutbah Jumat: Peran Ayah dalam Kehidupan Keluarga
Terkini
Lihat Semua