Internasional

Mungkinkah Gencatan Senjata Permanen Israel-Hamas di Palestina Tercapai? Ini Kata Pengamat

Kamis, 23 November 2023 | 19:30 WIB

Mungkinkah Gencatan Senjata Permanen Israel-Hamas di Palestina Tercapai? Ini Kata Pengamat

Gencatan Senjata Israel-Hamas secara permanen di Gaza, Palestina, sangat kecil kemungkinan karena Israel masih punya target lain di Palestina. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina dengan imbalan pembebasan sandera. Kesepakatan gencatan senjata hasil perundingan yang dimediasi oleh Qatar itu bakal berlangsung selama empat hari.


Kesepakatan tersebut menuai respons dari banyak lapisan masyarakat yang melihat bahwa kesepakatan tersebut memberi jeda bagi warga Palestina untuk ‘menghela napas’. Namun, tak sedikit juga yang mempertanyakan kemungkinan adanya perundingan lebih luas dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata yang berkelanjutan.


Pengamat Politik Timur Tengah dari Universitas Indonesia M Luthfi Zuhdi menilai keberlanjutan gencatan senjata tersebut tampaknya menjadi hal yang sulit diprediksi, mengingat Israel masih memiliki target-target lain yang mungkin menjadi fokus serangan di masa depan.


"Gencatan senjata ini kecil kemungkinan bersifat permanen karena Israel masih punya target-target lain. Ini bisa dianggap sebagai langkah untuk menyelesaikan tuntutan Amerika terkait pembebasan para tawanan Amerika yang ditahan oleh Hamas," kata Luthfi kepada NU Online, Kamis (23/11/2023).


Luthfi menyoroti kompleksitas dalam pembebasan tawanan Amerika, yang bisa menjadi salah satu tujuan utama di balik gencatan senjata. Namun, ia juga menekankan bahwa Hamas mungkin tidak membebaskan semua tawanan Amerika, karena tawanan tersebut menjadi nilai tawar yang lebih menarik dibandingkan dengan tawanan Israel.


“Belum tentu Hamas akan membebaskan semuanya, karena itu tentu Hamas akan menghitung, karena tawanan Amerika akan menjadi bargaining yang lebih mahal dibanding dari Israel sendiri,” ujarnya.


"Sisi kemanusiaan menjadi yang paling penting dalam konteks ini. Penting untuk membantu masyarakat yang terdampak langsung oleh konflik bersenjata ini, terutama yang tidak terlibat dalam urusan politik atau konflik bersenjata," tambahnya.


Ia melihat bahwa Amerika, atas desakan publik, cenderung mengutamakan upaya menyelamatkan tawanan yang berkebangsaan Amerika.


“Sebetulnya ini kan, tekanan Amerika. Ada beberapa orang Amerika yang ditawan oleh Hamas sehingga atas desakan publik, Amerika mengutamakan bagaimana bisa menyelamatkan tawanan yang dilakukan oleh Hamas terhadap orang-orang Amerika itu,” jelasnya.


Meskipun demikian, Luthfi menekankan bahwa kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam konflik bersenjata.


"Kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk membantu masyarakat luas yang tidak terlibat langsung dengan konflik bersenjata ini. Pertolongan pertama dan asupan makanan cukup harus dapat diberikan kepada mereka yang tidak berdosa dan terdampak oleh situasi ini," ucap Luthfi.


Senada, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla menilai kendati gencatan senjata memberikan sedikit kelonggaran, perdamaian jangka panjang masih sulit dicapai. Pemerintah Israel yang ultra-konservatif di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu, menjadi kendala utama. Kebijakan keras terhadap Palestina masih berlanjut.


“Perdamaian belum bisa dicapai dalam waktu dekat, karena yang berkuasa di Israel sekarang ini adalah rezim yang sangat ultra-konservatif. Netanyahu (Perdana Menteri Israel) sekarang ini kebijakannya makin keras terhadap palestina dan mereka ini tampaknya diuntungkan oleh perang sekarang ini,” jabar dia.


Gus Ulil menilai bahwa faktor-faktor domestik di Israel, termasuk tekanan dari masyarakat dan politisi internal, turut berperan dalam tercapainya gencatan senjata ini.


“Gencatan senjata yang sekarang ini dicapai antara lain juga, karena tuntutan dari dalam Israel sendiri, dari publik Israel terhadap pemerintah Netanyahu sekarang besar sekali, karena Netanyahu dianggap gagal membebaskan 200 warga Israel yang ditawan oleh Hamas,” paparnya.


Sebagai wujud kepedulian bagi warga Palestina, PBNU melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan yang dapat disalurkan melalui rekening BSI 7015 654 583 a/n PP LAZIS NU Non Zakat atau rekening BCA 0680 1926 77 a/n Yayasan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah NU. Bantuan juga dapat disalurkan melalui tautan https://nucare.id/program/pedulipalestina.