Perjuangan Hafidzah Palestina Menghafal Al-Quran di Tengah Gempuran Konflik
Ahad, 2 Februari 2025 | 10:15 WIB
Penampilan Hafidzah asal Palestina, Lama Rami Abdel Mahsei Abuishah di ajang Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Indonesia Internasional di Jakarta, Sabtu (1/2/2025). (Foto: Afrilia)
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Hafidzah asal Palestina, Lama Rami Abdel Mahsei Abuishah menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat masyarakat Indonesia saat mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Indonesia Internasional ke-4 cabang lomba tahfiz.
"Segala kebutuhan kami diatur dengan sangat baik, mulai dari akomodasi hingga jadwal kegiatan. Dukungan ini sangat berarti bagi kami," ujar Lama Rami di area perlombaan MTQ pada Sabtu (1/2/2025).
Delegasi asal Yerusalem ini, mengungkapkan pengalaman berharga serta tantangan dalam perjalanan spiritualnya menghafal Al-Qur’an.
Sejak tiba di Jakarta, Lama merasa takjub dengan keramahan panitia dan masyarakat Indonesia. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia serta seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan acara ini.
Lama Rami menceritakan bahwa dukungan keluarga serta komunitas Muslim di Palestina menjadi kunci keberhasilannya dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, solidaritas ini memastikan generasi muda Palestina tetap terhubung dengan nilai-nilai spiritual.
“Tanpa mereka, saya tak mungkin berdiri di sini,” ungkapnya.
Ia mulai menghafal Al-Qur’an sejak kecil di Zeid bin Tabak Center, lembaga pendidikan yang berlokasi di pelataran Masjid Al-Aqsa, Yerusalem. Pusat pendidikan ini memiliki program khusus yang membantu menjaga hafalan santri, termasuk ujian berkala yang mengantarkannya hingga ke kompetisi bergengsi ini.
“Keluarga dan guru-guru saya adalah pilar utama yang memotivasi saya, selain tentunya keikhlasan karena Allah,” tambahnya.
Menghafal di Tengah Konflik
Selain menghadapi tantangan dalam menghafal, Lama dan para hafiz di Palestina juga harus berjuang menghadapi kondisi perang yang tidak menentu. Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an menjadi penopang moral di tengah konflik berkepanjangan.
“Terkadang pendudukan membuat kami tidak dapat memasuki Masjid Al-Aqsa. Meski demikian, Al-Qur’an tetap menjadi sumber harapan dan kekuatan bagi kami,” tegasnya.
Bagi Lama Rami, kompetisi ini adalah momen bersejarah dalam hidupnya. Ia merasa terharu bisa mewakili Palestina di ajang yang mempertemukan peserta dari berbagai negara.
“Ini salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Saya bangga membawa identitas bangsa kami di sini,” ujarnya.
Lama Rami juga menuturkan acara ini sebagai bukti solidaritas global dalam mendukung generasi muda Muslim di seluruh dunia.
Sebagai informasi, pada Rabu (29/1/2025) lalu, Menteri Agama Nasaruddin Umar secara resmi membuka MTQ Internasional ke-4 yang diikuti oleh 60 peserta delegasi dari 38 negara empat benua. Terdapat dua cabang lomba utama yang dipertandingkan, yaitu Tilawah dan Tahfiz Al-Qur’an.
Terpopuler
1
Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani
2
Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
3
Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain
4
Khutbah Jumat: Jangan Salah Pilih Teman
5
Khutbah Jumat: Manusia sebagai Makhluk Sosial, dan Perintah untuk Saling Mengenal
6
Khutbah Jumat: Hidup Minimalis di Tengah Gaya Hidup Konsumtif
Terkini
Lihat Semua