Internasional

Petani Lawan Monsanto (3, Habis)

Ahad, 17 Februari 2013 | 13:25 WIB

Jakarta, NU Online
Sementara itu menurut The Center for Food Safety, "Dengan mampu mengambil materi genetik dari satu organisme dan masukkannya ke dalam kode genetik permanen dari materi lain, para bioteknologis telah merekayasa banyak kreasi benih baru.."
<>
"Seperti kentang dengan gen bakteri, babi 'super' dengan gen pertumbuhan manusia, ikan dengan gen pertumbuhan ternak, tomat dengan gen ikan, dan ribuan tanaman lain, hewan dan serangga. Pada tingkat yang mengkhawatirkan, kreasi ini sekarang sedang dipatenkan dan dilepaskan ke pasaran.”

Apa yang sangat serius sekarang ini adalah bahwa aneka bentuk kehidupan sudah dipatenkan. Akibatnya beberapa perusahaan raksasa sangat berpotensi mengontrol sistem pangan kita. Padahal mengendalikan sistem pangan berarti mengontrol orang-orang. Ini tidak beda dengan industri minyak dan gas, perbankan dan keuangan, industri farmasi, dan industri lainnya. 

Sedikit perusahaan telah mengontrol pasar sapi, pasar daging babi, dan produksi ayam. Sebuah laporan terbaru dari Center for Food Safety and Save Our Seeds mencatat bahwa 53 persen pasar benih komersial dunia telah dikendalikan oleh hanya tiga perusahaan: Monsanto, DuPont, dan Syngenta.

Adapun di Indonesia, misalnya, Monsanto menargetkan akan menguasai sekitar 30% pasar benih jagung di Indonesia. Bahkan untuk mewujudkan ini, Monsanto sedang meluncurkan produk terbaru benih jagung Hibrida DK 95 dan DK 85. Dua tahun lalu perusahaan ini juga telah menyelesaikan pembangunan pabrik manufakturing benih senilai US$40 juta di Mojokerto, Jawa Timur.

Mengontrol sistem pangan berarti akan memberikan kekuasaan terhadap sejumlah kecil perusahaan. Itulah sebabnya di negara lain, petani dan konsumen berjuang untuk mengusir Monsanto dari tanah pertanian mereka, keluar dari ladang mereka, dan dari piring di meja makan mereka. Di sejumlah negara Eropa, ada perang melawan GMOs karena mereka ingin mempertahankan kontrol sistem pangan mereka sendiri, dan mereka tidak mau benih transgenik atau makanan yang mengandung bahan transgenik. 

Di India, ada aktivis dan pendukung kedaulatan pangan untuk mengontrol sistem pangan mereka sendiri. Mereka menyadari bahwa keanekaragaman hayati pertanian mereka akan dihancurkan oleh orang-orang seperti Monsanto dan produk-produknya. Mereka pun sudah pernah mengalami hal itu.

Pada akhirnya, kontrol entah makanan, minyak dan gas, atau perbankan dan keuangan, akan memberikan keuntungan kepada para bos perusahaan yang tahunya hanya mimpi hari ini. Itulah sebabnya mengapa paten makhluk hidup bagi perusahaan-perusahaan ini sangat penting. Hak paten memberi lisensi beberapa perusahaan untuk mengontrol segala hal yang mestinya diputuskan oleh jutaan manusia dan alam itu sendiri.

Minggu depan, Mahkamah Agung AS akan mendengarkan argumentasi pihak Monsanto dalam kasus Pak Vernon Bowman. Kasus ini memang bukan soal "David melawan Goliath", bukan pula sekadar benar dan salah. Lebih dari itu, pertanyaan utamanya adalah siapa yang mengontrol alam, apakah manipulasi terhadap tatanan kehidupan adalah cara yang tepat untuk mencari keuntungan dan kontrol atas setiap orang dan segala sesuatu? Jelas terlalu banyak yang dipertaruhkan dalam kasus ini.

Redaktur      : Hamzah Sahal
Kontributor  : Mh Nurul Huda