Memeriahkan bulan Ramadhan tahun ini, PCI Fatayat NU Hong Kong mengadakan Pondok Ramadhan. Kegiatan ini berlansung pada 21 Mei 2019 dengan pembagian takjil gratis yang diadakan di dua tempat yaitu di sekitar lapangan Victoria Park Cswby dan Shamsuipo Exit B2.
Pada tahun ini pembagian takjil gratis sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, karena tahun ini kami hanya berbagi bubur kacang hijau. Alasannya, karena kalau berbagi nasi rames dan kue-kue kering serta air mineral itu sudah banyak. Sedangkan bubur kacang hijau masih jarang ada, paling cuma dijual oleh teman-teman BMI.
Selain pembagian takjil gratis, juga ada buka bersama di jembatan Namcheong Park Shamsuipo Exit C2. Sementara tidak ada Shalat Tarawih berjamaah, karena terbatasnya waktu kami yang harus kembali ke rumah majikan lebih awal.
Bagi saya, kegiatan bagi-bagi takjil dan buka puasa bersama membuat suasananya sama seperti di Indonesia, karena banyaknya teman-teman BMI Hong Kong yang berpuasa. Pembuatan takjil dilakukan di salah satu rumah majikan teman saya, majikannya mengizinkan kita menyiapkan takjil di rumahnya. Alhamdulillah ada majikan yang pengertian dengan keterbatasan kami di negeri orang yang tidak bisa bebas melakukan apa yang kami mau.
Pembagian takjil ini juga merangkul Majelis Taklim Al Hikmah North Point yang diketuai oleh Sahabat Muslihatul Ma'muroh dari Sidareja Cilacap. Ada juga donatur dari MT Al Khasaniyah Mojokerto yang diasuh oleh Pak Muh Ali Rohmad.
Saat itu, Ustadz Muhammad Badrun menyampaikan bahwa apa yang terjadi pada kita semua sudah digariskan oleh Allah Swt. Artinya kita tidak boleh mendahului apa yang sudah digariskan oleh Allah Swt. Dalam istilah Jawa disebut ndisiki kersaning Gusti. "Alangkah baiknya ucapkanlah 'insyaallah'. Harus percaya kepada yang Maha Kuasa," kata Ustadz Badrun.
Kemudian ia juga menyampaikan tentang filosofi hidup manusia yang diterangkan dalam surat At Taubah. "Al 'astu birobbikum. Manusia mempunyai kontrak dengan Tuhan," katanya.
Ustadz Badrun menyampaikan juga bahwa umat manusia diberi beberapa bekal atau hidayah oleh Allah Swt, yaitu hidayatul wijdah atau insting bawaan sejak bayi; hidayatul hawaz atau pancaindra; hidayatul akal yang menjadikan manusia lebih tinggi derajatnya daripada makhluk lain; hidayatuddiin atau agama yang merupakan kebenaran yang hakiki.
Karena itu, menurutnya manusia adalah makhluk yang paling istimewa di mata Allah Swt. Juga, tidak ada ajaran yang bisa diwujudkan dalam bentuk manusia dalam Islam kecuali Nabi Muhammad Saw. Tak lupa ia berpesan kepada kami agar memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saw supaya kita mendapat syafaat-Nya.
"Tapi perlu diketahui syafaat tidak akan diberikan kepada manusia jika dalam diri manusia masih ada sifat syirik atau iri dengki," lanjut Ustadz Badrun.
Acara juga diisi dengan tanya jawab. Indah Puspita, BMI asal Malang menanyakan jika orang yang sudah meninggal hadir dalam mimpi, apakah itu setan yang menyerupai orang yang sudah meniggal atau hanya sekedar bunga tidur?
Ustadz Badrun mengatakan dalam kitab Ar Ruh disebutkan rang yang sudah meninggal berarti arwahnya sudah berbeda dunia dengan kita. "Jadi ketika orang semasa di dunia itu baik, ruhnya akan diterima di sisi Allah Swt. Tapi jika orang itu semasa di dunia tidak baik atau jahat, ruhnya tidak akan diterima di sisi Allah Swt," jelasnya.
Beliau juga mengajak kami untuk senantiasa mendoakan orang-orang, keluarga, kerabat dan teman-teman yang sudah mendahului supaya arwahnya diterima di sisi Allah Swt.
Ratih Dwi M, anggota Fatayat NU di Hong Kong.