Presiden Sarbumusi di Forum BRICS: Hentikan Neo-Kolonialisme atas Negara Dunia Ketiga
NU Online · Rabu, 3 Desember 2025 | 14:30 WIB
Presiden Konfederasi Sarbumusi Irham Ali Saifuddin saat menghadiri BRICS People's Summit 2025 di Brasil. (Foto: dok. pribadi)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
Presiden Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Irham Ali Saifuddin menyerukan kepada komunitas global untuk menghentikan praktik neo-kolonialisme dan berbagai bentuk dominasi negara kuat atas negara-negara dunia ketiga. Seruan ini ia sampaikan saat menjadi penanggap dalam BRICS People’s Summit 2025 yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, 1-4 Desember 2025.
“Dunia sudah seharusnya menyudahi praktik neo-kolonialisme dan neo-imperialisme dalam bentuk kooptasi segelintir negara terhadap negara dunia ketiga yang lebih lemah,” katanya kepada NU Online, Senin (1/12/2025) waktu setempat.
Irham menegaskan bahwa penghentian agresi militer dan embargo ekonomi menjadi syarat penting untuk mewujudkan tata kelola dunia yang lebih adil dan setara.
“Dunia juga harus menyudahi agresi militer terhadap sebuah negara, embargo ekonomi terhadap sebuah negara, demi terwujudnya new governance of world order, termasuk agresi Israel atas Palestina,” jelasnya.
Ia menyampaikan bahwa tatanan dunia tidak boleh lagi permisif terhadap dominasi negara-negara kuat terhadap negara yang lebih lemah. Menurutnya, dunia membutuhkan sistem ekonomi global baru yang memberi manfaat bagi seluruh penduduk, bukan hanya bagi negara maju dan berpengaruh.
“Ekonomi dunia perlu tata kelola baru yang lebih berkeadilan dan memenangkan seluruh penduduk dunia, bukan saja untuk negara-negara maju dan kuat. Dunia perlu keseimbangan baru,” katanya.
Irham menambahkan bahwa BRICS kini memegang posisi strategis dalam mendorong perubahan tersebut. Dengan perluasan keanggotaan yang mencakup lebih dari separuh populasi dunia, BRICS disebutnya berpotensi menjadi penggerak utama pembentukan tatanan global baru yang lebih inklusif.
“BRICS harus menjalankan agenda ini mengingat saat ini BRICS sudah memperluas keanggotaannya setara dengan 54,6 persen populasi dunia. BRICS menjadi platform multilateral yang strategis dan seharusnya bisa menjadi generator baru tata kelola dunia baru yang lebih adil, damai dan setara,” tambahnya.
Forum puncak masyarakat sipil BRICS ini dihadiri perwakilan dari negara-negara anggota dan diselenggarakan oleh BRICS Civil Council. Sejumlah isu multilateral strategis dibahas, antara lain From Economic Cooperation to the Construction of Multipolarity, The New Global Order: Hegemonic Disputes and Geopolitical Reconfiguration, serta BRICS and the Challenges of Global Governance in the 21st Century.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua