Internasional

Referendum Swiss Setuju Larang Burka di Tempat Umum

Senin, 8 Maret 2021 | 16:00 WIB

Referendum Swiss Setuju Larang Burka di Tempat Umum

Pemberi suara dalam referendum Swiss setuju dengan proposal larang burka di tempat umum.

Zurich, NU Online
Swiss menyelenggarakan referendum larangan pemakaian burka pada Ahad (7/3). Sesuai prediksi sebelumnya, hasil menunjukkan bahwa mayoritas pemberi suara dalam referendum (51,2 persen) sepakat dengan larangan penggunaan burka. Proposal yang disetujui dalam referendum tersebut memang tidak secara khusus menyebut penutup wajah yang dikenakan Muslim atau burka, namun itu terlihat jelas menargetkan burka yang dipakai beberapa Muslimah.


Dengan disahkannya proposal tersebut, maka siapapun tidak diizinkan untuk mengenakan penutup wajah—termasuk burka- di depan umum seperti toko, tempat wisata, dan lainnya. Namun demikian, seperti dilansir DW, Senin (8/3), ada pengecualian, mereka tetap bisa memakainya di tempat ibadah.  


Swiss menganut sistem demokrasi langsung. Topik apa saja bisa diajukan ke tingkat pemungutan suara nasional asal terkumpul 100 ribu tanda tangan. Larangan penutup wajah atau burka di tempat umum ini sebetulnya sudah mulai digaungkan pada 2017 lalu. Saat itu, sebuah kelompok sayap kanan Partai Rakyat Swiss, Egerkinger Komitee, mengumpulkan 100 ribu tanda tangan untuk membawa larangan burka ke referendum. Setelah tiga tahun berlalu, proposal tersebut akhirnya disepakati di referendum pada Ahad kemarin. 


Jean-Luc Addor yang berasal dari Partai Rakyat Swiss mengatakan, pihaknya menangani masalah sebelum masalah tersebut menjadi tidak terkendali. Pernyataan Addor tersebut merujuk pada jumlah perempuan yang mengenakan burka di Swiss masih sedikit. 


Berdasarkan Survei Kantor Statistik Federal 2019, sekitar 5,5 persen dari populasi Swiss (sekitar 380 ribu orang) adalah Muslim. Tidak ada statistik resmi mengenai jumlah wanita yang menutup wajah atau mengenakan burka. Namun menurut peneliti Islam di Universitas Luzern, Andreas Tunger-Zanetti, wanita berpenutup wajah di Swiss jumlahnya rendah.  


Tahun lalu, Zanetti mengadakan survei di antara tokoh-tokoh penting di komunitas Muslim. Dia bertanya, berapa banyak wanita yang mereka kenal yang mengenakan penutup wajah penuh. Hasil survei menunjukkan, tidak ada burka di Swiss. Namun dia mengatakan, antara 21 hingga 37 wanita mengenakan niqab atau burka.


Juru bicara kelompok perempuan feminis Muslim Purple Headscarves, Ines El-Shikh, mengatakan, proposal tersebut rasis, seksis, dan juga tidak berguna. Menurutnya, Undang-Undang yang disepakati itu terkesan ada masalah, pada hanya 30 Muslimah di Swiss yang mengenakan burka. 


Pemerintah dan Parlemen Swiss menentang larangan penggunaan penutup wajah atau burka secara nasional. Menurutnya, larangan secara nasional tersebut akan merongrong kedaulatan wilayah, merusak turisme, tidak membantu kelompok perempuan tertentu, dan rendahnya jumlah orang yang akan dikenakan hukum.


Sebelumnya, larang mengenakan penutup wajah atau burka sudah diberlakukan di dua wilayah di Swiss, yaitu Ticino (2016) dan St Gallen (2019).


Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad