Resmi Dilantik, PCINU Malaysia Targetkan Lima Agenda Besar
Senin, 24 Januari 2022 | 16:30 WIB
Kuala Lumpur, NU Online
Kepengurusan baru Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia masa khidmat 2021-2023 resmi dilantik di Hotel Adamson, Kuala Lumpur dan turut dihadiri sejumlah PCINU di beberapa negara yang tersambung melalui zoom. Ahad (23/1/2021).
Ketua Tanfidziyah PCINU Malaysia, Ustadz Rudy Mahfudz dalam sambutannya mengharapkan kepada seluruh pengurus agar bisa mengamalkan sebuah jargon Keluarga PCINU Malaysia bergerak. Menurutnya, semua anggota dan pengurus perlu terus bergerak, beramal dan berkreasi.
“Selain itu, ada lima hal penting perlu menjadi target kepengurusan sekarang ini,” ujar Ustadz Rudy Mahfudz.
Pertama, kata dia, menjadikan PCINU Malaysia berwibawa dengan menerapkan AD/ART sesuai dengan khittahnya, dan perlu tertib administrasi yang semua pengurus dan anggota perlu mengambil peranannya masing-masing.
“Kedua, mengembangkan pendidikan dari segala seginya. Semoga dengan dirintisnya Pondok An-Nahdloh di Selangor menjadi wasilah penting pendidikan yang dicita-citakan oleh semua pihak termasuk para nahdiyyin di Malaysia,” sambungnya.
Poin ketiga menurut Ustadz Rudy Mahfudz, berusaha untuk mengembangkan ekonomi PCINU Malaysia menuju ekonomi umat, agar semua roda pembiayaan dan pendanaan bergerak. Bahkan dengan dibukanya restoran “Bintang Sembilan” di Kuala Lumpur dapat menjadi salah satu cabang pengembangan ekonomi.
“Keempat, mengembangkan dan membuka cabang, ranting di seluruh Malaysia agar PCINU Malaysia semakin melebarkan sayapnya di seluruh Semenanjung Malaysia,” tandasnya.
Kelima, memudahkan dan membuka semua jaringan di era digital agar memudahkan penerimaan informasi untuk semua pihak, selain memudahkan berjalannya komunikasi yang baik dan berkesan.
Dalam kesempatan ini, Presiden Pertubuhan Nahdlatul Ulama Kuala Lumpur dan Selangor (PNUKS) KH Achmad Mu'idhi Rofii menyampaikan selamat sekaligus berpesan kepada pengurus baru untuk tetap istiqamah dalam berjuang menyampaikan dakwah Islam, khususnya di Malaysia, umumnya di nusantara dan seluruh dunia.
Dalam kesempatan tersebut, KH Achmad Mu'idhi Rofii mengulas sejarah perjalanan penubuhan PCINU di Malaysia yang tidak semulus seperti dibayangkan sebab harus bergelut dengan tantangan dan kendala yang tidak sedikit cabarannya.
“Melalui proses pendaftaran di Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) sehingga melangkah ke pendaftaran berbadan hukum di bawah badan hukum yang resmi di Kementerian Dalam Negeri (KDN) Malaysia,” kenangnya.
Perjuangan ini, sambung dia, membuahkan hasil yang bisa dirasakan oleh pengurus dan warga NU di Malaysia, diantaranya adalah pertama, berdirinya Pondok An-Nahdloh, di Selangor, kedua sudah ada badan hukum untuk memperkuat ekonomi, yakni melalui restoran “Bintang Sembilan” di Kuala Lumpur.
“Ketiga, sudah ada usaha dan upaya perkhidmatan pengiriman uang. Jadi, siapa saja pengurus dan anggota yang ingin mengirimkan uangnya, bisa menggunakan perkhidmatan dan aplikasi ini,” tambahnya.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia yang diwakili oleh Rizal Al-Huda menyampaikan bahwa pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) senantiasa terbuka dan bersedia untuk terus bekerjasama kepada PCINU Malaysia terutama dalam bidang pendidikan, ekonomi, seni budaya, dan lainnya.
“Kami akui peranan NU terutama di pusat tidak dapat dinafikan sumbangannya dari dulu sehingga sekarang. Melalui kepengurusan PCINU yang dibarisi oleh pengurus-pengurus muda, maka diharapkan kiprah dan peranannya, semoga terus bergerak dengan semangat yang tinggi. Semoga Allah SWT memudahkan dan melancarkan segala urusan kita, amanah dan berkah dalam menjalankan tugas,” ungkap Rizal.
Tiga makna ulama menurut KH Zulfa Musthofa
Prosesi pelantikan PCINU Malaysia dipimpin oleh Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Musthofa. Dalam tausiyahnya, Kiai Zulfa menyampaikan makna ulama sebagai ahli ilmu yang mempunyai tiga maksud.
“Pertama, rabbaniyyun. Para pendiri NU maqamnya sangat dekat dengan Rabb, ahli ibadah, pusat ilmu, dan penuh berkah. Hal ini yang menjadikan pengaruhnya sangat diterima dalam kalangan masyarakat dari waktu ke waktu,” jelasnya.
Kedua, khauf minallah. Para ulama sangat tinggi rasa takutnya kepada Allah, sehingga segala amal, ibadah dan muamalahnya tidak ada lain selalu diikhlaskan kepada Allah. Bahkan para ulama ketika berbicara, beramal dan bekerja selalu sesuai dengan lisan, ruh dan jasadnya.
“Ketiga, ahli zikir. Selalulah meneladani para ulama yang senantiasa menjadi ahli zikir di mana pun mereka berada,” terang dia.
Kiai Zulfa juga berpesan untuk selalu merawat tradisi dan bisa menjadi teladan yang baik dari para ulama. Menurutnya, apabila ilmu seseorang semakin bertambah banyak, maka akan meningkat pula sikap tasammuh dengan pihak lainnya.
“Jangan sebaliknya karena itu menandakan masih kurangnya ilmu yang kita miliki. Jadilah kader yang bisa menjadi etalase dan bahkan siap menjadi jendela dunia,” pungkasnya.
Kontributor: Makmur Harun
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua