Sekjen PBB: Kita Tidak Boleh Pernah Menyerah Demi Kemanusiaan
NU Online · Selasa, 23 September 2025 | 23:30 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres saat berpidato pada Debat Majelis Umum ke-80 PBB di New York, Selasa (23/9/2025). (Foto: tangkapan layar Youtube United Nations)
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menegaskan komitmennya untuk tidak akan menyerah untuk keadilan dan kemanusiaan di dunia, terutama dalam persoalan krisis kemanusiaan di Palestina akibat genosida Israel yang menjadi fokus utama pada Majelis Umum Ke-80 PBB.
“Kita tidak boleh menyerah. Itulah janji saya kepada Anda. Demi perdamaian. Demi martabat. Demi keadilan. Demi kemanusiaan. Demi dunia yang kita tahu mungkin terwujud ketika kita bekerja sama. Saya tidak akan pernah menyerah,” ujarnya saat menyampaikan pidato dalam sesi debat umum Majelis Umum Ke-80 PBB di Markas Pusat PBB, New York, Selasa (23/9/2025).
Guterres membahas perang di Gaza, Sudan, dan Ukraina serta ketidakstabilan yang sedang berlangsung di Sahel, Haiti, dan Myanmar. Selain merujuk pada beberapa konflik global yang terus terjadi, Guterres memberi penekanan khusus pada perang di Gaza yang menjadi agenda utama dalam Majelis Umum.
"Di Gaza, kengerian ini mendekati tahun ketiga yang menakutkan. Kekejaman ini merupakan akibat dari keputusan yang bertentangan dengan hakikat kemanusiaan," ujarnya.
Ia menggarisbawahi skala kematian dan kehancuran yang terjadi di Palestina merupakan yang terbesar dan melampaui konflik lain selama ia menduduki kursi Sekjen PBB.
Ia juga merujuk pada kebijakan Mahkamah Internasional (ICJ) sebagai pengadilan tertinggi PBB yang telah menyeru Israel untuk mengambil langkah-langkah mencegah genosida, mengizinkan penyelidikan, dan meningkatkan bantuan kemanusiaan. Israel berulang kali tak menggubris seruan-seruan itu.
Dengan tegas, Guterres mendorong segera terlaksananya gencatan senjata permanen sebagai langkah awal solusi dua negara.
"Kita tahu apa yang dibutuhkan. Gencatan senjata permanen sekarang, semua sandera dibebaskan sekarang, akses kemanusiaan penuh sekarang," ujarnya.
"Dan kita tidak boleh menyerah pada satu-satunya jawaban yang layak untuk perdamaian Timur Tengah yang berkelanjutan yaitu solusi dua negara,” ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada para pimpinan negara yang hadir untuk mengedepankan aspek martabat manusia dan hak asasi manusia dalam berbagai keputusan terkait ketidakstabilan global.
"Hak asasi manusia bukanlah hiasan perdamaian, melainkan fondasinya. Memilih hak berarti lebih dari sekadar kata-kata. Itu berarti keadilan di atas keheningan," katanya
Senada, Presiden Majelis Umum Ke-80 PBB Annalena Baerbock juga menyuarakan agar negara-negara terus teguh pada hal yang benar dan tidak tinggal diam saat ribuan nyawa melayang karena kepentingan pihak tertentu.
"Jika kamu berhenti melakukan hal yang benar, kejahatan akan menang," ujar Baerbock.
Sebagai informasi, dalam debat Majelis Umum hari pertama ini, 34 perwakilan negara akan menyampaikan pidatonya. Dalam tradisi Majelis Umum PBB, Brasil akan menjadi pembicara pertama dan disusul oleh Amerika.
Tahun ini, Presiden Prabowo Subianto sebagai representasi Indonesia akan menyampaikan pidatonya pada urutan ketiga setelah Presiden Amerika Donald J Trump.
Terpopuler
1
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
2
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
5
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
6
KH Said Aqil Siroj Usul PBNU Kembalikan Konsesi Tambang kepada Pemerintah
Terkini
Lihat Semua