Zohran Mamdani, Muslim Pertama Kandidat Potensial Wali Kota New York
NU Online · Rabu, 29 Oktober 2025 | 09:00 WIB
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pemilihan Wali Kota New York akan dimulai pada Selasa, 4 November 2025 mendatang. Sebanyak tiga kandidat mengikuti kontestasi Kota dengan jumlah penduduk terpadat di Amerika Serikat (AS) tersebut, yakni Zohran Mamdani (Partai Demokrat), Curtis Sliwa (Partai Republik), dan Andrew Cuomo (independen). Pemenang dari pemilihan wali kota ini akan menggantikan Eric Adams, petahana dari Partai Demokrat.
Zohran Kwame Mamdani, politisi muda berusia 34 tahun, disebut-sebut sebagai kandidat paling potensial setelah mengungguli kedua rivalnya, bahkan dua digit lebih unggul dari Cuomo, pada jajak pendapat yang digelar dalam beberapa minggu terakhir. Fakta bahwa sosok sosialis demokrat ini seorang muslim dan imigran memberi warna baru dalam kontestasi politik di Kota New York, terlebih setelah meluasnya islamofobia akibat peristiwa 9/11.
Kesuksesan Mamdani mendulang dukungan masyarakat New York tidak dapat dilepaskan dari kisah yang lebih besar tentang bagaimana kaum muda Muslim New York mengorganisir diri mereka sendiri setelah berbagai sentimen negatif dan kecurigaan yang mereka alami pasca-9/11.
Selangkah lagi, Mamdani akan menjadi wali kota muslim pertama di New York jika ia memenangkan pemilihan pada awal November mendatang.
Muslim muda New York menghimpun kekuatan politik yang stabil
Pengamat Moustafa Bayoumi berpandangan bahwa keberadaan pemeluk agama Islam di New York kini telah mencapai jumlah yang besar, sekira satu juta penduduk dengan 350.000 di antaranya terdaftar sebagai pemilih. Pada tahun 2021, hanya 12 persen yang menggunakan hak suaranya dalam pemilihan wali kota. Sementara kini, terjadi perubahan partisipasi pemilih Muslim dan Asia Selatan dalam pemilihan pendahuluan wali kota musim panas ini naik 60 persen dibandingkan dengan pemilihan pendahuluan 2021.
Bayoumi menyebut hal ini tidak terlepas dari tindakan Muslim muda New York dalam mengorganisasi kelompoknya dan mengembangkan kekuatan politik.
"Didorong oleh kebutuhan untuk melawan gelombang Islamofobia yang semakin meningkat, kaum muda Muslim New York telah menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan kekuatan politik di kota, membangun institusi politik lokal, dan condong ke arah politik yang berbeda," tulis Bayoumi pada (24/10/2025) dikutip dari The Guardian.
Menurutnya, arah yang coba dibangun Muslim muda ini adalah politik yang merangkul identitas, tetapi juga melampaui daya tariknya yang terkadang dangkal.
Pada masa-masa sejak 2001 tersebut, umat Islam di New York menghadapi berbagai tekanan dan kecurigaan. Mata-mata dan informan menyusup ke masjid dan organisasi masyarakat di seluruh kota dan di seluruh negeri.
Hanya sedikit warga Muslim New York yang memiliki pengaruh dalam politik kota selama tahun-tahun itu. Satu-satunya Muslim yang terpilih menjadi anggota dewan kota adalah Robert Jackson, yang memenangkan kursinya pada tahun 2001 dan kemudian menjadi pelopor bagi kaum muda Muslim yang berjiwa politik.
Pada pemilihan wali kota tahun 2013, warga Muslim New York terus berupaya mencari solusi struktural untuk melawan penindasan pemerintah AS yang kerap mereka terima. Pada tahun yang sama, Muslim Democratic Club of New York didirikan yang kemudian mengantarkan Mamdani ke puncak politik kota New York.
Dukungan kaum pekerja yang signifikan
Mamdani menjabat sebagai anggota dewan Muslim Democratic Club antara tahun 2018 dan 2019, tak lama sebelum memenangkan kursinya sendiri sebagai anggota majelis parlemen negara bagian Queens pada tahun 2020.
City and State NY menulis, tak lama setelah menjabat, ia bergabung dengan aksi mogok makan selama 15 hari yang diselenggarakan oleh Aliansi Pekerja Taksi untuk memenangkan keringanan utang bagi para pengemudi taksi. Mereka menanggung utang besar karena sistem eksploitatif.
Mamdani kemudian menjalin relasi dengan aliansi pengemudi taksi yang sebagian besar berasal dari Asia Selatan. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu faktor Mamdani mendapat dukungan dari kaum pekerja karena ia menggunakan identitasnya sebagai cara untuk menyentuh isu-isu rakyat.
Lembaga riset Brookings menulis, beberapa program yang diusung Mamdani juga menjadi faktor yang membuat dukungan padanya meningkat signifikan. Program-program tersebut seperti layanan bus gratis, pembekuan sewa untuk mengatasi krisis tempat tinggal dan perumahan terjangkau, serta layanan penitipan anak gratis menjadi rencana yang populer di kalangan pekerja dan berhasil memunculkan dukungan yang intens terhadap Mamdani.
Selain itu, Mamdani juga mengandalkan dua aset utama untuk mendapatkan kepercayaan publik melalui keterampilan berorganisasi dan penguasaan media sosial.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
6
Khutbah Jumat: Mencegah Krisis Iklim dengan Langkah Sederhana
Terkini
Lihat Semua