Kesehatan

Transmisi DNA dan Terapi Speech Delay Zaman Nabi

Senin, 10 Juli 2023 | 15:00 WIB

Transmisi DNA dan Terapi Speech Delay Zaman Nabi

Ilustrasi Nabi Muhammad. (Foto: NU Online)

Membicarakan DNA Nabi bukan hanya masalah nasab atau keturunan. Bila dikontekstualisasikan pada masa kini, ada relevansi kisah transmisi DNA Nabi dan rangkaiannya sebagai salah satu solusi permasalahan di masyarakat. Masalah kesehatan adalah salah satu problem yang bisa diatasi dengan DNA Nabi ini. Bagaimana rangkaian cerita DNA Nabi bisa menjadi solusi terhadap problem kesehatan pada masanya? Bagaimana pula kontekstualisasinya untuk umat Islam masa kini?

 

Gangguan kemampuan bicara pada anak atau yang dikenal dengan speech delay akhir-akhir ini mencuat kasusnya di masyarakat. Bahkan karena tidak disikapi dengan tepat, maka keluarga dari anak-anak yang mengalami speech delay seringkali frustrasi. Mulai dari orang tua yang merasa berkecil hati hingga menyalahkan anak bisa terjadi saat speech delay dialami oleh buah hati.

 

Masalah berupa keterlambatan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas ini pernah terjadi di masa Rasulullah.

 

Sahabat Basyir bin Aqrabah al-Juhani berkata, Ayahku Aqrabah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau bertanya: Siapa anak ini yang bersamamu wahai Aqrabah? Ayahku menjawab: Anakku, Bahir. Lalu Beliau bersabda: Mendekatlah! Akupun mendekat, sehingga aku duduk di sebelah kanan Beliau. Lalu Beliau mengusap kepalaku dengan tangannya sembari bertanya: Siapa namamu? Aku menjawab: Bahir, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tidak, tapi namamu Basyir. Pada waktu itu di lidahku ada kekakuan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meludahi mulutku. Maka kekakuan itu lepas dari lidahku. Kemudian dalam perjalanan waktu semua rambut kepalaku memutih, kecuali bagian rambut yang Nabi pernah meletakkan tangannya di situ, masih berwarna hitam.” (Al-Hafiz Ibnu Hajar, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, juz 1 halaman 434, dan al-Hafiz al-Salehi al-Syami, Subul al-Huda wa al-Rasyad, juz 10 halaman 19)

 

Dalam riwayat yang lain:

 

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Ikrimah, al-Zuhri, dan Ashim bin Amr bin Qatadah secara mursal, bahwa Mikhwas bin Ma’dikarib berkata: Wahai Rasulullah, doakan kepada Allah agar menghilangkan kegagapan dari lisanku. Lalu Beliau mendoakannya, maka kegagapan itupun hilang.” (HR. Al-Salehi, Subul al-Huda wa al-Rasyad fi Sirah Khair al-‘Ibad, juz 10 halaman 20)

 

Berdasarkan kedua kisah di atas, Nabi mengobati gangguan keterlambatan bicara pada anak dengan ludahnya yang mulia dan doa. Bila doa Nabi sudah jelas mustajab dan dikabulkan, maka yang unik adalah metode penyembuhan dengan ludah untuk speech delay yang dialami oleh sahabat Basyir radliyallahu anhu.

 

Apabila dikaitkan dengan penyebab speech delay, ada relevansi terapi ludah Nabi dengan ilmu pengetahuan terkini. Riset terbaru mengungkapkan penyebab speech delay melalui pemeriksaan air ludah pasien anak untuk dicek DNAnya (Kaspi dkk, 2022, Genetic aetiologies for childhood speech disorder: novel pathways co-expressed during brain development, Molecular Psychiatry, Springer Nature: halaman 1648).

 

Di dalam air ludah memang dimungkinkan mengandung materi genetik berupa DNA. Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tubuh manusia dan bertanggungjawab terhadap penurunan sifat.

 

Selain penurunan sifat, DNA juga bisa dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit terhadap anak dari orang tuanya. Oleh karena itu, saat ini dikenal terapi DNA untuk menyembuhkan kondisi penyakit yang sulit diobati dengan obat-obat biasa. Apabila DNA ini diperbaiki, maka kemungkinan penyakit yang muncul akan teratasi seiring dengan meningkatnya kualitas DNA.

 

Perbaikan kualitas DNA inilah yang dimungkinkan terjadi pada terapi ludah Nabi. Ludah Nabi telah terbukti sebagai wasilah untuk memperbaiki kualitas DNA pada anak-anak para sahabat. Metodenya bisa berupa memberi ludah Nabi secara langsung pada anak-anak yang mengalami gangguan bicara atau ada juga yang ditahnik pada anak yang masih bayi. Dengan kedua metode tersebut, transmisi perbaikan DNA akan terjadi sehingga anak-anak itu mendapatkan keberkahan dari DNA kualitas tertinggi milik Nabi.

 

Apabila saat ini sudah tidak ada lagi ludah Nabi, bagaimana terapi alternatif untuk speech delay?  Pada kasus sahabat Mikhwas di atas, ternyata Rasulullah mendoakan agar bicaranya menjadi lancar. Jadi selain terapi DNA melalui ludah, nabi mendoakan secara khusus untuk sahabatnya agar lancar berbicara.

 

Doa dari nabi bisa diperoleh secara langsung pada masa sahabat yang menjumpai masa kenabian. Apabila saat ini bukan lagi masa kenabian, maka doa dapat diharapkan dari pewaris nabi yaitu para ulama. Oleh karena itu, meminta doa orang saleh dapat menjadi salah satu wasilah untuk mencari kesembuhan pada kondisi speech delay yang terdeteksi ketika buah hati beranjak di usia balita hingga anak-anak. Bahkan untuk pencegahan, bayi yang baru lahir bisa ditahnik oleh orang saleh. Tahnik merupakan jalur transmisi DNA kesalehan sekaligus kecerdasan dari ulama untuk bayi-bayi kaum muslimin.

 

Ikhtiar spiritual lainnya untuk terapi speech delay adalah memberbanyak shalawat Nabi. Metode ini lazim dikenal oleh suku Bugis untuk mengatasi anak yang mengalami keterlambatan berbicara. Ibu atau nenek dari si anak yang mengalami keterlambatan berbicara akan memanjatkan shalawat untuk Nabi dan keluarga nabi saat hari Jumat tepat di waktu azan shalat Jumat berkumandang.

 

Ketika umat nabi membaca shalawat, Allah menjanjikan akan membalas dengan kebaikan yang banyak. Demikian pula shalawat itu diyakini akan disampaikan kepada Nabi sehingga Nabi pun akan mendoakan umatnya yang bershalawat. Pada intinya, dengan orang tua yang bershalawat akan mengundang doa dari Nabi untuk hajat apapun, termasuk ketika ingin anak menjadi lebih sehat dan lancar untuk berbicara.

 

Sambil membaca shalawat, orang Bugis berwasilah mengusapkan cincin emas yang biasa dipakai untuk dioleskan di lidah si anak tersebut. Adat tersebut telah berlaku secara turun-temurun di Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Penggunaan cincin emas tidak boleh diyakini akan memberikan pengaruh apapun, tetapi hanya salah satu metode yang terkait dengan adat setempat. Secara ilmiah, emas memang logam mulia yang juga sering digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit.

 

Yang terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah ikhtiar untuk datang kepada ahli kesehatan yang dapat menangani speech delay. Ahli kesehatan ini bisa merupakan terapis wicara atau tenaga kesehatan lainnya. Semua ikhtiar tersebut tidak boleh menjadikan si anak menjadi tertekan dan merasa minder.

 

Upaya seperti membacakan shalawat dan berobat selayaknya diiringi dengan rasa ikhlas dan senang hati dari orang tua si anak ketika menjalaninya. Tidak ada kata putus asa bagi umat nabi meskipun hidup di akhir zaman karena Nabi senantiasa berada di tengah-tengah kita untuk mendoakan siapapun yang mau bershalawat dan berikhtiar. Wallahu a’lam bis shawab.

 

Yuhansyah Nurfauzi, Anggota Komisi Fatwa MUI Cilacap, apoteker dan peneliti di bidang farmasi.