Nasional

2 Kemuliaan Menjadi Guru di Pesantren menurut Nyai Badriyah Fayumi

Selasa, 6 September 2022 | 19:00 WIB

2 Kemuliaan Menjadi Guru di Pesantren menurut Nyai Badriyah Fayumi

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Jatiwaringin, Kota Bekasi, Jawa Barat, Nyai Hj Badriyah Fayumi. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Darul Quran wal Hadits, Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Nyai Hj Badriyah Fayumi menjelaskan, ada dua kesempatan yang dapat diraih saat seseorang mengabdikan diri menjadi pendidik di pondok pesantren.


“Dua kesempatan itu, nasyrul ilmi dan khidmatul ummah,” kata Ny Badriyah, kepada NU Online, Selasa (6/9/2022).


Ia menjabarkan kedua makna dari kalimat itu, nasyrul ilmi artinya mendidik dan mengajarkan ilmu kepada santri. Sementara khidmatul ummah dilakukan dengan peduli dan hadir sebagai pengayom umat, dalam hal ini insan pesantren.


Nasyrul ilmi itu bukan hanya mengajar tapi juga harus bisa mengamalkannya melalui tindakan-tindakan yang mulia. Sedangkan, khidmatul ummah dilakukan dengan peduli dan hadir  sebagai solusi masalah pondok dan santri,” papar Ketua Majelis Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) itu.


Baginya, pendidik itu adalah orang yang sengaja meluangkan waktunya, bukan karena memanfaatkan waktu luang. “Jangan tinggalkan khidmatul ummah karena padat jadwal nasyrul ilmi. Jangan jadikan khidmatul ummah sebagai uzur nasyrul ilmi,” sambung Nyai Badriyah.


Mufasir perempuan lulusan S1 Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo ini pun berpesan agar kiranya setiap insan pesantren dapat selalu memupuk keikhlasan dan dahulukan kesabaran dalam menjalani amanah sebagai pendidik di pondok pesantren.


“Mohon selalu kepada Allah agar kokohkan ikhlas, sabar dan syukur di hati. Mohon kepada-Nya agar guyurkan semangat, cinta dan tenaga tanpa henti,” pesannya. 


Sebagai informasi, Pesantren Mahasina asuhan KH Abubakar Rahziz dan Nyai Hj Badriyah Fayumi ini memiliki fokus pada pendidikan terintegrasi dengan karakter kader ulama, dengan berfokus pada Al Qur’an dan Hadits. Hal ini terangkum dalam moto 5B, yakni beribadah, berpikir, beramal shaleh, berdzikir, dan berlatih.


Pesantren yang terletak di perbatasan Kota Bekasi dan DKI Jakarta ini juga terkenal dengan keegaliteran antara pengasuh dan santrinya. Hal itu tampak dari kedekatan yang ditunjukkan Nyai Badriyah dan para santrinya. 


Kedekatan itu terbingkai dalam salah satu potret di unggahan Facebooknya. Dalam unggahan itu, ia tampak berfoto dengan segenap guru pesantren dan seluruh santrinya sembari membubuhkan keterangan nyeleneh.

 

“Inilah salah satu sudut rempong ngurus pondok. Tapi bisa jadi yang begini ini jadi kenangan-kenangan indah, nantinya,” ucap Nyai Badriyah.


Hal lain yang membuat kagum, di tengah kesibukannya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal MUI sekaligus ‘Awan PBNU, Nyai Badriyah tetap meluangkan waktu terjun langsung mengajar dan mendampingi para santrinya di pondok pesantren.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad