Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
Sabtu, 12 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dalam waktu beberapa hari ke depan bumi akan diterpa badai magnet yang mengakibatkan tersendatnya arus komunikasi.
Badai magnet tersebut terjadi akibat ledakan matahari (solar flare) yang terjadi pada Senin (7/10/2024). NOAA mencatat bahwa ledakan ini merupakan ledakan terbesar dengan kategori R3 (kuat) yang terjadi dalam tujuh tahun terakhir.
Ledakan matahari ini kemudian disusul dengan badai magnetik kuat berskala G4 yang menerjang bumi sejak Kamis (10/10/2024) yang diperkirakan akan berlangsung hingga Minggu (13/10/2024).
Baca Juga
Bumi dan Air dalam Kajian Al-Qur’an
Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU (LF PBNU), Marufin Sudibyo, menjelaskan bahwa badai geomagnetik ini akan berdampak pada tersedatnya arus komunikasi.
Pertama, badai matahari berskala kuat yang mengarah pada kutub geomagnetik bumi, akan berubah menjadi arus listrik.
"Saat partikel-partikel proton & elektron badai Matahari kelas X20 atau lebih besar sedang diarahkan ke kutub-kutub geomagnet Bumi, pada dasarnya ia menjadi arus listrik," jelas Marufin.
Arus listrik yang mengenai satelit dapat menyebabkan komponen elektron terbakar karena korslet dan berakibat lumpuhnya satelit.
"Apabila arus listrik ini mengenai satelit, maka komponen elektroniknya bisa terbakar akibat hubungan pendek dan satelit lumpuh sepenuhnya. Sehingga komunikasi satelit, yang esensial dalam dunia perbankan, dapat lumpuh," terangnya.
Baca Juga
Al-Khazini, Pencetus Teori Gravitasi
Kedua, badai magnetik akibat ledakan matahari juga bisa menghasilkan arus listrik induksi yang bisa merusak transformator sistem distribusi listrik, juga bisa menyebabkan korosi massif dan memicu kebakaran pada pipa minyak dan gas.
Mengacu pada hukum Oerstedt, aliran proton dan elektron badai matahari kelas X20 atau lebih menuju kutub-kutub geomagnet dan menghasilkan medan magnet induksinya sendiri.
"Jika medan magnet itu menyentuh permukaan tanah & mengenai benda logam panjang seperti sistem transmisi listrik, rel kereta api, hingga pipa minyak, akan timbul arus listrik induksi pada benda tersebut. Kuat arus induksi ini juga bisa mencapai ribuan ampere," kata Marufin.
Arus listrik induksi yang besar bisa merusak transformator sistem distribusi listrik, juga bisa menyebabkan korosi massif dan memicu kebakaran pada pipa minyak dan gas.
Marufin menyimpulkan bahwa ancaman badai matahari kelas X20 atau lebih besar lagi terfokus pada dua hal esensial dalam kehidupan modern, yakni terganggunya sistem komunikasi satelit dam terganggunya sistem distribusi listrik.
Jika hal ini terjadi, sistem memerlukan penanganan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum pulih kembali.
Namun, Marufin menegaskan bahwa ledakan matahari dan badai magnetik yang terjadi tidak berkaitan dengan hawa panas yang belakangan kerap terasa. Suhu yg terasa lebih gerah belakangan ini disebabkan oleh fenomena puncak kulminasi atas Matahari di Indonesia.
"Pada garis-garis lintang tertentu, Matahari akan tepat berada di titik zenith (tepat di atas kepala) pada saat puncak siang (awal waktu Dhuhur). Kondisi ini menyebabkan intensitas sinar Matahari yg tiba di lokasi-lokasi tersebut sedikit lebih tinggi karena tidak ada hambatan," tuturnya.
Fenomena puncak kulminasi ini terjadi dua kali di Indonesia sepanjang tahun, yakni pada bulan Maret dan Oktober yang sekaligus menandakan perubahan musim (kemarau ke hujan atau sebaliknya).
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua