Covid-19 Ajarkan Kesehatan Lingkungan dan Kuatkan Persaudaraan
Ahad, 27 Desember 2020 | 17:45 WIB
Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan hikmah adanya Covid-19 adalah menguatnya ukhuwah insaniyah atau persaudaraan kemanusiaan. (Foto: NU Online)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pandemi Covid-19 yang terjadi hampir setahun ini memberikan berbagai hikmah atau pelajaran. Pertama, agar senantiasa mengupayakan kesehatan lingkungan. Hal ini, lanjutnya, sangat berbeda dengan kondisi hidup santri di pesantren.
"Ini insyaallah ke depan, mari kita ubah (kebersihan) sedikit demi sedikit. Kita hidup di pesantren, atau di masyarakat juga harus mengutamakan atau menjaga kebersihan lingkungan," jelas Kiai Said saat memberikan mauidzah hasanah dalam acara Doa Bersama untuk Masyayikh dan Santri Indonesia, Ahad (27/12) malam.
Hal itu menurut Kiai Said sebagai pelajaran langsung dari Allah agar masyarakat pesantren mampu mengubah cara hidup yang selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini mengatakan hikmah kedua adalah terjadi perubahan dalam muamalah atau interaksi dengan orang lain. Kebiasaan warga NU yang senang kumpul-kumpul untuk menggelar acara tahlilan, maulid nabi, dan pengajian, kini dilakukan secara virtual. Hal ini membuat warga NU menjadi melek teknologi.
"Kita tidak boleh putus asa. Teruskan maulid nabi, acara haul, tahlilan, dan doa bersama ini. Tapi melalui online atau virtual. Ini juga kita harus bersyukur, hikmahnya besar sekali," tegas Kiai Said.
Warga NU dan warga pesantren, menurut Kiai Said telah familiar dengan kemajuan teknologi online.
Kemudian hikmah yang ketiga, tutur Kiai Said, menguatnya ukhuwah insaniyah atau persaudaraan kemanusiaan. Sebab untuk mengatasi Covid-19 ini tidak bisa dilakukan hanya oleh satu negara, satu kelompok, atau satu umat saja.
"Tapi dari umat mana pun, agama apa pun, negara bangsa mana pun harus bergandengan tangan, harus solid dan merapatkan barisan. Harus saling membantu, menyempurnakan, mengisi, dan melengkapi satu sama lain," tegasnya.
"Ukhuwah insaniyah ternyata mengandung hikmah yang besar. Ketika tertimpa musibah pandemi Covid-19, kita merasa betapa pentingnya ukhuwah insaniyah ini," tambah Kiai Said.
Oleh karena menguatnya persaudaraan kemanusiaan ini, tak heran jika Indonesia mendatangkan vaksin dari negara-negara non-Muslim, seperti Tiongkok, Amerika, dan Jerman.
Kiai Said lantas menekankan agar masyarakat NU percaya bahwa Covid-19 ini ada dan nyata. Inilah musibah yang harus dihadapi bersama-sama. Hingga kini, ia mengaku masih mendengar ustadz dan kiai yang masih meragukan keberadaan Covid-19.
"Saya jawab, Covid-19 ini ada. Di Saudi ada, di Mekkah dan Madinah ada. Covid-19 ini juga tidak pandang bulu. Menyerang siapa saja termasuk orang shaleh, kiai, hafidz Qur'an, konglomerat, pejabat, tukang pulung, orang miskin. Itulah watak dan karakter Covid-19 ini," jelas Kiai Said.
Namun demikian, ia tetap berpesan agar tetap meyakini bahwa pandemi Covid-19 ini datangnya dari Allah. Karena itu, warga NU diminta untuk tetap waspada dan tetap tenang. Tak perlu grogi dan gugup dalam menghadapi Covid-19 ini.
Kiai Said kemudian mengutip Surat Al-Baqarah ayat 155-156. "Allah akan mencoba kamu sekalian dengan ada rasa takut, kelaparan, krisis pangan, kekurangan harta, ekonomi, kehilangan jiwa dengan sekian yang wafat ratusan kiai itu. Kemudian hasil panen berkurang dan buah-buahan berkurang. Semua itu menjadi berita gembira," terang Kiai Said menjelaskan ayat tersebut.
"Jadikanlah berita gembira bagi orang-orang yang memiliki derajat sabar. Kita tahu semuanya tidak akan terjadi di muka bumi ini, baik yang kecil maupun besar, kecuali dengan izin Allah," jelasnya.
Ketika seorang manusia mendapat bencana seperti Covid-19 ini, tidak ada kalimat lain yang meluncur dan terucap kecuali kalimat istirja’ yakni innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
"Semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Saya yakin para kiai dan santri yang wafat karena Covid-19 itu syuhada mendapatkan pahala syahid di akhirat," tegas Kiai Said.
Syuhada
Sebelumnya Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) merilis laporan selama penanganan Covid-19 sejak Maret hingga 21 Desember 2020. RMI PBNU mencatat, terdapat 112 pesantren di Indonesia terpapar Covid-19.
RMI PBNU juga mencatat bahwa terdapat 5244 santri terkonfirmasi positif berdasarkan tes swab PCR. Tak hanya itu, sebanyak 234 masyayikh pun wafat selama masa pandemi, baik akibat Covid-19 maupun yang meninggal dengan sebab yang lain.
Menanggapi paparan informasi tersebut, Kiai Said mendoakan para santri dan kiai yang wafat karena Covid-19 atau selama masa pandemi ini, dihitung sebagai mati syahid.
"Saya yakin para kiai dan santri yang wafat atau meninggal dunia karena Covid-19 itu adalah syuhada. Mendapatkan pahala syahid di akhirat. Insyaallah semuanya itu ahli surga yang wafat di masa pandemi ini," ungkapnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua