D Zawawi Imron Menyerap Kebersamaan
Ahad, 16 September 2012 | 03:00 WIB
Cirebon, NU Online
Penyair masyhur D. Zawawi Imron, yang sekarang berumur 69 tahun, datang ke Munas-Konbes NU 2012 dengan semangat tinggi. Ia sudah datang di Pesantren Kempek, Jumat dini hari (14/9).
<>
Di arena Munas, penyair yang sudah menelorkan 14 buku antologi puisi dan dua buku berisi esai-esai kebudayaan serta keislaman, mendatangi diskusi dadakan yang diselenggarakan santri-santri Cirebon.
Pada acara pembukaan kemarin (Sabtu, 15/9), Zawawi ketemu banyak orang yang sudah lama dikenalnya. Dengan Gus Mus ia berpelukan di tengah ribuan orang. Bertemu KH Malik Madani dan KH Panji Taufik yang juga asal Madura, diajak foto-foto oleh peserta dan santri-santri.
"Sore nanti yang akan ke Pesantren Babakan sebentar, diminta ceramah dadakan," jawabnya ketika ditanya agenda di Cirebon hari ini."
"Saya di sini menyerap rasa kebersamaan yang jarang ditemui di tempat lain. Kebersamaan itu bukan hanya makan bersama, tapi juga dialog-dialog untuk mendengarkan suara-suara kebenaran secara berjama'ah," kata D Zawawi Imron yang selalu mengenaan kopyah.
Ia merasakan bahwa Munas ulama sangat penting dan tepat untuk kembali mencanangkan akal sehat secara kolektif. "Akal Sehat kolektif itu artinya kebenaran dan keberuntungan menjadi milik bersama," terangnya.
"Kita semua berangkat dari qolbun salim, hati yang lurus. Ini harus dijalin dalam bentuk rasa persaudaraan yang inten, bahwa yang melahirkan kesadaran betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam kehidupan masing-masing orang," lanjutnya.
Zawawi memberi catatan, kebersamaan yang sudah terjalin pada NU belum banyak ditegaskan dalam tindakan nyata di masyaraat.
"Saya datang ke sini karena saya percaya ulama itu kalangan yang dapat melakukan rekayasa dalam pengertian positif, agar umat itu nantinya tidak hanya obyek dari kekuasaan atau permainan politik," ujarnya.
Penyair yang mulai mempublikasikan karya-karyanya sejak tahun 1973 ini mengusulkan agar Ulama bekerja sama dengan kaum intelektual guna memecahkan masalah. "Ulama dan intelektual itulah yang diharapkan kesadarannya pada realita kehidupan umat."
D. Zawawi Imron mengaku datang ke Cirebon tidak dari kampungnya, di Batangbatang, Sumenep. Ia baru saja datang dari Pontianak-Kalimantan Barat. Dia diundang pengurus NU Cabang Kota Pontianak untuk berceramah di hadapan mahasiswa-mahasiswa di tiga perguruan tinggi.
Ia tiba di Jakarta Jumat pagi (14/9). Lalu langsung ke kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dari PBNU ia berangkat ke Cirebon bersama Ahmad Mauladi, Muhammad Syafi, dan saya.
"Perjalanan dengan orang tua bernama D. Zawawi Imron itu menyengangkan sekali. Terasa terang walaupun di jalan malam hari. Merasa menjadi santri karena diberi nasihat-nasihat. Nasihatnya indah sekali karena disampaikan melaui puisi-puisinya. Humor Madura yang dilontarkan bikin kawa tertawa," cerita Mauladi.
Sementara itu, Muhammad Syafi berkomentar, "Saya senang sekali jalan bersama dengan beliau. Tapi ini juga tantangan, agar sesampai di Cirebon, tempat Munas ulama lebih menyenangkan lagi, bukan menyenangkan kita, tapi umat dan saudara-saudara sebangsa yang sedang murung ini."
D. Zawawi Imron berencana meninggalkan Cirebon Senin pagi (17/9). Ia akan ke Jakarta untuk melanjutkan perjalanan ke Ambon. Empat hari, ia akan berceramah di depan para guru.
"Saya sudah seminggu meninggalkan rumah, dan baru tiba di rumah lagi minggu depan."
Penulis: Hamzah Sahal
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua