Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Desember tiba. Di pengujung tahun ini, semua umat manusia di Indonesia memiliki kenangan yang paling dirindukan sepanjang hidup. Hal tersebut adalah karena di bulan Desember, ulama besar yang sekaligus bapak bangsa Indonesia wafat. Dialah KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang wafat pada 31 Desember 2009 silam.
“Di bulan ini ada satu peristiwa yang selalu diingat oleh jutaan manusia yaitu wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sejak saat itu banyak yang kangen Gus Dur lalu membangun jejaring bersama (yakni) Jaringan Gusdurian,” demikian keterangan foto yang diunggah akun instagram @jaringangusdurian, pada Selasa (1/12) sore.
Akun tersebut mengunggah foto karya Trisnadi Marjan yang menampilkan peti jenazah Gus Dur yang berbalut bendera merah putih, sedang menjadi objek rebutan bagi jutaan manusia ketika itu. Mereka seperti ingin mengalap berkah untuk terakhir kalinya sebelum Gus Dur ditempatkan di liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya.
“Kami menyebut Desember sebagai Bulan Gus Dur,” demikian lanjutan keterangan foto dari postingan yang sudah disukai oleh lebih dari empat ribu akun itu.
Lebih lanjut, keterangan foto itu menjelaskan bahwa Jaringan Gusdurian diinisiasi oleh para sahabat, murid, dan pengagum Gus Dur sebagai arena sinergi dan berkumpul. Selain itu, Jaringan Gusdurian bergerak di berbagai ruang sosial non-politik praktis.
“Siapa saja bisa bergabung. Caranya? Tinggal bergabung. Ndak perlu repot isi formulir,” tulisnya.
Selanjutnya dikatakan bahwa Alissa Wahid didaulat sebagai koordinator. Membersamai masyarakat sipil akar rumput untuk mewujudkan cita-cita kemandirian bangsa yang diperjuangkan Gus Dur sepanjang hidupnya.
Keterangan foto itu juga menyebut bahwa saat ini ada lebih dari 130 komunitas di daerah yang bergabung di Jaringan Gusdurian. Ada yang di Indonesia, tetapi ada pula di luar negeri. Semua mendorong agar nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur diketahui oleh publik luas.
Selain itu, Jaringan Gusdurian juga mendorong kehidupan yang demokratis, multikultural, beragama secara moderat, dan negara yang melayani masyarakat. Negara yang dijalankan sesuai konstitusi dan melindungi segenap bangsa tanpa pandang dari kelompok yang mana.
“Bagi Gus Dur, keadilan adalah kunci dalam membangun perdamaian. (Karena) perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi. Begitu kutipan dari Gus Dur yang sangat masyhur,” tulis akun yang sudah diikuti oleh 94,4 ribu pengikut ini.
Terakhir, keterangan foto dalam postingan akun ini mengajak masyarakat untuk berdoa untuk Gus Dur sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. “Lahu Al-Fatihah…”
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua