Mataram, NU Online
Acara Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas dan Konbes NU) 2017 dihadiri oleh Presiden Joko Widodo beserta menteri-menterinya, Panglima TNI, Kapolri, dan Duta Besar negara-negara tetangga. Oleh sebab itu, panitia menyediakan alat interpreter atau penerjemah untuk tamu yang tidak menguasai bahasa Indonesia.
Luh Windiari dan dan Desi Mandarini adalah dua orang yang bertugas menjadi interpreter atau penerjemah dalam acara Pembukaan Munas dan Konbes NU ini. Di dalam menjalankan tugasnya, mereka berdua bergantian untuk mengalihbahasakan sambutan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, dan Presiden Joko Widodo ke dalam bahasa Inggris.
Luh menceritakan, untuk persiapan acara ini dirinya hanya mengandalkan internet. Dia menelusuri jejak rekam para narasumber yang tersebar di internet.
“Kita unduh video-videonya (narasumber). Sambil jalan kita belajar,” katanya.
Sementara Desi menyebutkan beberapa kendala dan hambatan selama menjadi penerjemah di acara Pembukaan Munas dan Konbes NU ini. Pertama, tidak mendapatkan materi. Kedua, menjadi penerjemah yang bukan bidangnya.
“Seperti sekarang ini baru pertama kali kita berdua masuk bidang keagamaan,” jelasnya.
Kendala lainnya adalah istilah-istilah dalam bahasa Arab seperti fikih, wasatiyah, dan lainnya. Mereka menjelaskan, kalau memang tidak mengerti maka istilah-istilah tersebut akan dibiarkan apa adanya.
Meski baru pertama menjadi penerjemah di bidang keagamaan, dua perempuan asal Bali itu mengaku tidak ada hambatan yang berat dalam menerjemahkan karena sebelumnya mereka mengamati dan mempelajari pidato dari masing-masing pembicara di internet.
Duta Besar yang hadir dalam acara itu diantaranya adalah Iran, Arab Saudi, dan negara sahabat yang lainnya. (Muchlishon Rochmat)