Epidemiolog Sebut Target 70 Persen Vaksinasi Akhir 2021 Tak Mungkin Tercapai
Selasa, 21 September 2021 | 05:15 WIB
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif. (Foto: dok. istimewa)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif mengatakan bahwa target 70 persen vaksinasi atau herd immunity (kekebalan komunal) hingga akhir Desember 2021 sebagaimana yang dicanangkan pemerintah Indonesia, tidak akan mungkin tercapai.
Hal itu dilihat dari persentase vaksinasi dosis kedua yang baru mencapai 20 persen selama delapan bulan atau sejak Januari 2021. Selain itu, akses distribusi vaksin di negara kepulauan seperti Indonesia ini juga menjadi kendala dari pencapaian target itu.
“Kita susah untuk mencapai herd immunity karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah puluhan ribu pulau. Artinya, akses terhadap vaksin itu ada kesenjangan. Sampai desa-desa di Papua itu perlu jalan dua hari. Kalimantan dan Sulawesi juga mengalami hal sama,” kata Syahrizal kepada NU Online, Senin (20/9/2021).
“Vaksinasi kedua baru 20 persen. Kalau akhir Desember kita bisa 70 persen itu tidak mungkin. Realistisnya 50 persen lah. Nah strategi mengenai herd immunity itu harus meng-cover 70 persen dari jumlah penduduk Indonesia, itu sekarang sudah tidak mungkin,” imbuhnya.
Menurutnya, strategi yang mesti dilakukan pemerintah adalah memastikan seluruh penduduk untuk menerima vaksin. Dikatakan bahwa mendapatkan vaksin merupakan hak bagi seluruh warga negara. Sebab sekalipun vaksin tidak memberikan perlindungan 100 persen tetapi akan memperparah kondisi tubuh saat tertular Covid-19.
“Jadi strategi terbaik adalah seluruh penduduk Indonesia sebisa mungkin divaksin. Jadi tidak 70 persen, tapi 90 persen lah. Semua orang berhak untuk mendapatkan vaksin. Bukan untuk tidak kena, tapi supaya tidak parah dan tidak meninggal. Karena kekebalan tubuh itu bisa didapat dari suntikan vaksin meskipun tidak melindungi 100 persen,” terang Syahrizal.
Ia menjelaskan, orang yang sudah mendapatkan dua kali dosis suntikan vaksin tidak akan mengalami gejala berat saat terserang virus. Vaksin dapat memberikan perlindungan dari keganasan virus dan dari risiko kematian.
“Jadi, orang yang sudah divaksin lebih aman dari orang-orang yang belum divaksin. Vaksin harus diberikan semaksimal mungkin, sebanyak-banyaknya penduduk. Karena itu merupakan hak warga untuk mendapatkan vaksin,” pungkas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan itu.
Diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan akhir Desember 2021, 70 persen masyarakat sudah divaksinasi. Target itu dihitung dari 50 juta dosis vaksin yang berhasil distuntikkan pada 8 Juli 2021.
Kemudian 56 juta dosis vaksin berikutnya yang diselesaikan dalam kurun waktu tujuh minggu pada 31 Agustus, sehingga total menjadi 100 juta dosis vaksin. Selanjutnya, suntikan 50 juta dosis vaksin ditargetkan selesai pada minggu pertama September 2021.
“Total vaksin yang sudah disuntikkan 123 juta dosis, kalau ada akselerasi diperkirakan di akhir Desember harusnya sudah mendekati 300 juta dosis dari target 400 jutaan, harusnya hitungan kami di atas 150 juta orang,” kata Budi dalam diskusi Wealth Wisdom yang disiarkan Katadata, Sabtu (18/9/2021).
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI per 20 September 2021, sebanyak 80.408.744 orang sudah mendapatkan dosis vaksin pertama. Sementara dosis kedua sudah disuntikkan kepada 45.853.033 orang. Secara persentase, vaksinasi pertama sebanyak 38,61 persen dan dosis kedua baru mencapai 22,02 persen.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua