Malik Ibnu Zaman
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyebut konsep iman sebagai sesuatu yang bukan hanya soal pemahaman akal, bukti fisik, atau perasaan semata.
Kiai yang kerap disapa Gus Yahya itu menjelaskan iman sebagai "Nur" atau cahaya yang diletakkan di dalam hati orang-orang yang dikehendaki oleh Allah swt. Ia menyebutkan bahwa iman juga siraj atau lampu yang ada di dalam hati setiap manusia.
"Iman itu bukan hanya soal pemahaman akal. Iman itu bukan hanya soal bukti-bukti fisik. Iman bukan hanya sekadar perasaan. Iman itu adalah Nur yang oleh Allah swt diletakkan di dalam hati orang-orang yang dikehendaki oleh Allah," kata Gus Yahya pada Malam Puncak Haflatul Imtihan ke-92 Putra, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (24/2/2024).
Gus Yahya menjelaskan bahwa iman atau siraj ini akan menyala jika disulutkan kepada siraj yang sudah menyala sebelumnya. Hal ini mirip dengan proses 'menyala'-nya para sahabat dari cahaya Rasulullah Muhammad saw sebagai sumber utama. Hal ini menekankan pentingnya peran Rasulullah sebagai sumber cahaya pertama, yang kemudian menyebarkan cahayanya kepada para sahabat hingga umatnya hingga akhir zaman.
"Maka Sayyidina Rasulullah Muhammad saw ini menjadi sumber cahaya yang pertama, yang kemudian menjadi tempat me-nyunyuk (menyala) dari sirāj-nya para sahabat. Kemudian para sahabat menjadi sumber bagi para tabi'in. Tabi'in bagi tabi'it-tabi'in, terus, hingga kepada guru-guru dan kiai-kiai kita, sampai kepada kita semua. Ini adalah cahaya iman," jabar dia.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu menjelaskan untuk menyalakan siraj tersebut, seseorang memerlukan minyak yang tak lain adalah husnudzan.
Dalam konteks ini, itu menegaskan pentingnya memiliki husnudzan atau pandangan baik kepada Nahdlatul Ulama agar dapat merasakan cahaya barokah dari jam'iyah tersebut.
"Maka barang siapa ingin ikut merasakan cahaya barakah dari Nahdlatul Ulama, silakan berhusnudzan kepada Nahdlatul Ulama. Barang siapa tidak bisa berhusnudzan kepada Nahdlatul Ulama, silakan cari barakah dari tempat lain, karena ini semua dasarnya itu," terang dia.
Gus Yahya juga mengutip Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari yang menyebutkan bahwa Nahdlatul Ulama adalah jam'iyah yang mubarakah atau penuh berkah, dan bahwa mereka yang berhusnudzan kepada Nahdlatul Ulama akan ikut merasakan barakah tersebut.
"Hadratussyekh sendiri sudah menyebutkan bahwa ini adalah jam'iyah yang mubārakah, ketika beliau menyeru kepada para ulama untuk bergabung: halummu Ila hadzihil jam'Yiah almubārakah almausūmah bi Nahdlatil Ulama. Insyaallah kalau kita ber-husnudzan kepada Nahdlatul Ulama, kita akan ikut mendapatkan barakahnya," pungkas dia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua