Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Umat Islam Indonesia akan merayakan Idul Adha 2023 pada Kamis, 29 Juni 2023. Pada hari tersebut, ada enam amalan yang dianjurkan sebagaimana ditulis Fuad H Basya dalam artikel NU Online berjudul Enam Amalan Sunnah di Idul Adha.
1. Mengumandangkan takbir
Amalan yang paling dianjurkan pada Idul Adha adalah mengumandangkan takbir di masjid-masjid, mushalla, dan rumah-rumah. Anjuran ini mulai bisa dilakukan pada malam hari raya Idul Adha, Rabu (28/6/2023) malam, hingga hari tasyrik terakhir, 13 Dzulhijjah 1444 H pada Ahad (2/7/2023).
Hal ini sebagaimana termaktub dalam kitab Raudlatut Thalibin, bahwa disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.
2. Mandi sahalat Idul Adha
Sebelum melaksanakan shalat Idul Adha, dianjurkan untuk mandi dengan niat khusus. Hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam pada Kamis (29/6/2023) dini hari sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh. Tujuan dari mandi adalah membersihkan anggota badan dari bau yang tidak sedap dan membuat badan menjadi segar bugar. Karenanya, mandi sebelum waktu berangkat adalah yang paling baik. Berbeda jika mandinya setelah pertengahan malam maka kemungkinan bau badan akan kembali lagi, begitu juga kebugaran badan.
Namun, kesunnahan mandi ini tidak terbatas untuk kalangan tertentu, tetapi juga untuk semua kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan, baik yang akan berangkat melaksanakan shalat Id maupun bagi perempuan yang sedang udzur syar’i sehingga tidak bisa melaksanakan shalat Id.
3. Menggunakan wangi-wangian
Hal lain yang disunahkan saat Idul Adha adalah memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, hingga menghilangkan bau-bau yang tidak enak, untuk memperoleh keutamaan hari raya tersebut. Sebab, pada hakikatnya, hal-hal tersebut boleh dilakukan kapan saja, ketika dalam kondisi yang memungkinkan, dan tidak harus menunggu datangnya hari raya, misalnya saja seminggu sekali saat hendak melaksanakan shalat Jumat. Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunnah ini.
4. Menggunakan pakaian bersih dan suci
Menyambut Idul Adha, umat Islam juga dianjurkan untuk memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci. Menurut sebagian ulama, yang paling utama adalah memakai pakaian yang putih dan memakai serban. Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki yang hendak mengikuti jamaah shalat Idul Adha maupun yang tidak mengikutinya.
Adapun untuk kaum perempuan, cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, karena berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh, begitu juga menggunakan wangi-wangian secara berlebihan sebagaimana diuraikan dalam kitab Raudlatut Thalibin.
Hal ini juga sesuai sabda Nabi Muhammad saw dalan hadits yang diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas RA, "Rasulullah saw di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman)."
5. Jalan kaki ke masjid
Saat berjalan menuju ke masjid ataupun tempat shalat Idul Adha ini hendaknya dilakukan dengan berjalan kaki. Sebab, hal itu lebih utama, sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja ia berangkat dengan menggunakan kendaraan.
Sebab, dengan berjalan kaki, orang ini bisa bertegur sapa mengucapkan salam dan juga bisa bersalam-salaman sesama kaum muslimin. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, "Rasulullah saw berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitu pun ketika pulang tempat shalat Id."
Berangkat lebih awal juga dianjurkan guna mendapatkan barisan depan. Sembari menanti shalat berjamaah dimulai, dianjurkan untuk bertakbir. Hal ini sebagaimana dijelaskan Imam Nawawi dalam kitabnya Raudlatut Thalibin.
6. Makan usai Shalat Idul Adha
Selepas melaksanakan shalat Idul Adha, disunnahkan makan. Pada masa Nabi Muhammad saw, makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji, karena makanan pokok orang Arab adalah kurma. Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama, jika tidak mendapatinya maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu. Hal ini sebagaimana diriwayatkan juga dari Sahabat Anas ra dan Sahabat Buraidah ra.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua