Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatu Ulama (PBNU) HA. Helmy Faishal Zaini menyampaikan rasa optimismenya akan bisa ditularkannya model keberagamaan muslim Indonesia kepada dunia global. Hal ini diutarakan olehnya setelah mengamati animo negara-negara muslim di banyak belahan dunia terhadap pola keberagaan umat Islam di Indonesia.
“Muslim di Indonesia sangat toleran. Mereka bukan saja saling menghormati. Bahkan di banyak tempat, toleransi bukan diartikan hanya sekedar menghormati saja, namun juga saling mengisi satu sama lain, sepanjang itu tidak bertentangan dengan akidah dan keimanan,” ujar Helmy.
Dikonfirmasi mengenai alasan utama yang melandasi rasa optimistisnya tersebut, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Kabinet Indonesia Bersatu II itu mencontohkan beberapa hal terkait pola keberagaam umat Islam di Indonesia. “Di banyak tempat saya meyaksikan dan mendengar secara langsung hubungan baik antara pengelola masjid dengan pengelola gereja. Di Malang, ada sebuah gereja yang meminjamkan halamannya untuk menampung membludaknya jamaah Shalat Idul Fitri. Di tempat lain saya rasa juga banyak hal demikian,” jelasnya.
Sosiolog Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta Dr. Ngatawi Al-Zastrow mengatakan bahwa karakter masyarakat Indonesia adalah karakter masyarakat yang cenderung terbuka dalam menerima perbedaan. Karakter terbuka ini, lanjut Zastrow , menjadi modal utama untuk mengembangkan sikap saling menerima dan bertoleransi.
“Kuncinya adalah keterbukaan. Tanpa keterbukaan, mustahil kita bisa berkembang, apalagi bersikap toleran. Soal keterbukaan ini, masyarakat Indonesia yang notabene adalah pewaris kultur masyarakat Nusantara, mereka adalah ahlinya,” jelas Zastrow.
Sebagaimana diketahui, upaya untuk menawarkan model keberislaman seperti masyarakat Indonesia telah dicoba ditawarkan oleh PBNU. Hal ini utamanya dilakukan pascaperhelatan International Summit of the Moderate Islamic Leaders (ISOMIL) yang diselenggarakan di Jakarta 9-11 Mei lalu. Pertemuan tingkat internasional tersebut menghasilkan 16 butir poin yang termaktub dalam “Deklarasi Nahdlatul Ulama”. (Fariz Alniezar)