KH Miftachul Akhyar: Akhirat Abadi, Dunia Sejenak, Jangan Menunda Urusan Akhirat
Sabtu, 8 April 2023 | 06:00 WIB
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengatakan, orang yang mempunyai sikap menyepelekan amal-amal di waktu sekarang, seperti misalnya menunda mencari ilmu dengan alasan sibuk, repot, masih banyak pekerjaan, tidak sempat, dan lain sebagainya berarti menandakan akalnya ada gangguan.
Hal tersebut diungkapkan Kiai Miftach dalam kegiatan Ngaji Syarah Al-Hikam Pertemuan ke-31 di Channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar diakses NU Online, Sabtu (8/4/2023).
"Orang yang punya sikap seperti itu menandakan orang yang akalnya ada gangguan, ada gangguan dalam dirinya, ada ketidaknormalan pada dirinya. Kenapa? Jelas amal-amal ini amal-amal yang nilainya nilai akhirat. Sedangkan yang kita anggap sebagai kesibukan-kesibukan tadi itu amal-amal dunia, katakanlah hayatit dunya. Sementara yang kita korbankan itu adalah amal akhirat atau hayatil akhirat," ujarnya.
Kiai Miftach menjelaskan, Al-Qur'an dalam Surat al-A'la menjelaskan, bal tu'tsirunal hayatad dunya wal akhiratu khairuw wa abqa, "Bahkan mereka tahu kalian mendahulukan urusan-urusan dunia, menunda mengakhirkan urusan akhirat. Bukankah urusan akhirat ini jauh lebih baik dan langgeng (abadi) daripada urusan dunia."
Ia mengungkapkan bahwa dunia ini hanya sepintas, hanya kebutuhan sejenak, kehidupan sejenak. Sementara akhirat merupakan keabadian. Maka dari itu jangan sampai urusan dunia mengalahkan urusan akhirat.
"Bukankah kita ini makhluk proyeksi akhirat? Kita semua ini diciptakan oleh Allah untuk menjadi lakon di akhirat nanti, tidak pandang laki-laki, tidak pandang perempuan, tidak pandang keturunan siapa. Masing-masing kita ini memang diproyeksikan oleh Allah sebagai makhluk akhirat untuk menjadi lakon di akhirat nanti," imbuh Kiai Miftach.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut juga mengungkapkan termasuk orang yang akalnya terganggu adalah mereka yang menunda-nunda melakukan amal sampai nanti kalau sempat.
"Apakah kita yakin kesempatan itu datang? Apakah janji kita kalau nanti kosong, apakah kita yakin nanti ada kekosongan? Kadang-kadang malah urusannya tambah, urusannya malah menumpuk. Berarti dia sudah mengalahkan urusan akhiratnya. Jadi menunda amal itu tidak menjamin orang akan bisa melakukannya di waktu yang ia janjikan, bahkan kadang-kadang kedahuluan mati," ungkapnya.
Kemudian kalau memang waktu yang dijanjikan untuk melakukan amal-amal itu benar-benar kosong, apakah masih yakin niatnya seperti pertama atau jangan-jangan niatnya sudah menurun.
"Orang kalau niat hari ini, jam ini, kok ditunda nanti malam kadang sudah berubah niatnya, bukan makin menguat, kenapa? Sudah pengalaman menunda. Jadi menunda itu akan membuat ketagihan, kalau seorang pernah menunda sekali dia akan ketagihan menunda," ucap Kiai Miftach.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua