Kiai Manan: Menjadi Pengurus NU Hendaknya Tidak Menimbulkan Urusan
Senin, 5 April 2021 | 16:15 WIB
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani memberi sambutan pada pelantikan pengurus ranting NU Grand Wisata, Bekasi, Ahad (4/4).(Foto: istimewa)
Abdullah Faqihuddin Ulwan
Kontributor
Bekasi, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani berpesan agar para pengurus bersungguh-sungguh mengurus NU nantinya, bukan justru menjadi pengurus yang menjadi urusan.
"Nah tentu tugas pengurus itu adalah ngurus, jangan sampai jadi urusan. Menjadi pengurus tapi satu sama lain menjadi urusan, (akan) jadi problem," ujar Kiai Abdul Manan Ghani saat pelantikan Pengurus Ranting NU Grand Wisata, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (4/4).
Kiai Manan menegaskan untuk mengurus Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah dakwah, pengurus itu harus mendakwahkan. "Mendakwahkan itu menyapa, menyapa itu tidak memaksa, mengajak tidak mengejek, merangkul tidak memukul, itu dakwah namanya," kata Kiai Manan.
Selain itu ia menyampaikan berdakwah harus sesuai yang dijelaskan dalam Al-Qur'an. "Ajaklah ke jalan-Ku, jalan Tuhanmu dengan baik. Jika bukan dengan cara yang baik maka bukan meninggikan ajaran, tetapi malah merusak ajaran," ujarnya.
"Oleh karena itu Pengurus Ranting Grand Wisata harus menyapa memberitahukan ke seluruh rumah-rumah yang ada di kompleks ini, saya ini dari NU," pesan Kiai Manan.
Kiai Manan juga berpesan pengurus NU harus berani berdakwah, memberitahu kepada Muslim maupun kepada non-Muslim tentang NU. "Orang yang non-Muslim tidak tahu dengan NU, maka kenalkan tentang NU," terangnya.
Ia mengungkapkan dalam berdakwah harus menjaga tiga ukhuwah yang dikedepankan dalam NU, yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), wathoniyah (persaudaraan sebangsa setanah air), dan insaniyah (persaudaraan sesama manusia).
"Karena itu sebagai pengurus harus mendakwahkan ini. Kalau organisasi tidak ada pengurusnya itu namanya kerumunan, nggak jelas identitasnya, karena itu bangga menjadi pengurus NU," jelas Kiai Manan.
Karena itu, sebagai jam’iyah dakwah bertugas menyapa, mendakwahkan. "Kalau istilahnya Ketua MWCNU, meng-idhar-kan, memberitahukan tentang visi misi NU secara kaffah, baik amaliyah, harakahnya maupun dalam kehidupan sehari-hari," lanjutnya.
Di samping itu, orang yang mau mengurus NU, menurut Kiai Manan, karena meyakini bahwa secara diniyyah (keagamaan) NU itu agamanya benar atau haqq.
"Kita ini ber-NU sudah paling benar, benar dalam melaksanakan agama, benar di dalam membangun wathoniyah, masyarakat supaya masyarakatnya menjadi aman, tenteram, sentosa saling ber-muasyaroh bil ma’ruf, berinteraksi dengan kebaikan-kebaikan," jelasnya.
Kiai Manan juga mengucapkan selamat sekali lagi atas dilantiknya para pengurus NU di Grand Wisata. "Selamat kepada para pengurus, terimakasih sudah mau mengurus mau melanjutkan mau bekerja menyapa saudara-saudara kita di seluruh kompleks ini dan seluruh Bekasi. Semoga menjadi teladan, menjadi contoh di cluster-cluster lainnya di Bekasi," pungkasnya.
Kontributor: Abdullah Faqihuddin Ulwan
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua