Pasuruan, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siroj mengatakan, Islam di bumi Nusantara mempunyai karakter yang tidak bisa dipisahkan antara Islam dan nasionalisme atau kebangsaan. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), telah membuktikan kalangan pesantren dan umat Islam secara luas telah turut memberikan andil yang besar.
“Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad 15 abad yang lalu, masyarakat Arab memiliki dua ciri. Dari sisi peradaban ummiyin, buta huruf. Dari sisi agama, dhalalin mubin, sesat yang sesesatnya,” kata Kiai Said Aqil mengawali kuliah umum di Universitas Yudharta Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (25/9).
Kegiatan yang menghadirkan Kiai Said ini merupakan pembuka dari rangkaian the 3rd International Workshop and Training on Islam Nusantara Research Methodology. Acara hasil kerja sama Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jawa Timur dengan Universitas Yudharta Pasuruan yang berlangsung sejak Rabu hingga Jumat (25- 27/9).
Pada bagian lain, guru besar Universitas Islam negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut lebih jauh menjelaskan. Dengan menukil ayat kedua dari surat al-Jumah, Kiai Said menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad SAW kemudian mengembangkan masyarakat Arab melalui empat tahapan. Mengenalkan mereka dengan bacaan Al-Qur’an, membentuk character building atau tazkiyatun nafs, menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki kearifan dalam berinteraksi sosial.
“Dengan berbekal empat hal ini Nabi Muhammad SAW mampu mengubah masyarakat Arab yang awalnya jahiliyah menjadi pusat peradaban Islam,” ungkapnya di hadapan hadirin.
Dengan berbekal empat hal ini, Kang Said memotivasi santri dan mahasiswa setempat untuk terus mengembangkan diri, mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
“Juga memiliki himmah dan azimah, menguasai ilmu pengetahuan utamanya yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits, ijma, dan qiyas, serta memiliki kearifan dalam bersikap,” ungkapnya.
Kiai Said juga mengingatkan betapa bangsa Indonesia harus bersyukur hidup di negara ini karena relasi antara agama dan negara telah selesai. KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan pendiri NU lainnya adalah ulama yang juga nasionalis. Ulama yang juga berpegang bahwa mencintai negara adalah sebagian dari iman.
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi