Kisah Sahabat Perempuan Rasulullah yang Perjuangkan Kesetaraan Gender pada Zaman Jahiliyah
Senin, 10 Maret 2025 | 13:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Faridah Ulvi Na’imah atau yang akrab disapa Ning Ulvi menyampaikan pada zaman Jahiliyah, banyak sahabat perempuan Rasulullah yang memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka antara lain Sayyidah Aisyah, Sayyidah Ummu Salamah, Ar-Rubayyi binti Mu’awwidz, dan Rithah binti Abdullah.
Menurutnya, pada zaman Jahiliyah, posisi perempuan tidak ada harga dirinya dan diposisikan setara dengan harta sehingga bisa diwariskan bahkan dihibahkan.
“Posisi perempuan sangat tidak mengenakkan, perempuan di posisikan setara dengan harta, bisa diwariskan, bisa dihibahkan, perempuan tidak dianggap, bahkan dikubur hidup hidup. Ketika Islam datang, hal-hal kesetaraan mulai nampak,” ujar Ning Ulvi dalam Acara Dialog Interaktif #5 yang disiarkan secara langsung melalui Instagram NU Online pada Ahad (9/3/2025) malam.
Sayyidah Aisyah
Sayyidah Aisyah merupakan istri Rasulullah yang memiliki peran sebagai juru bicara Rasulullah dalam keilmuan, khususnya perihal perempuan, kehidupan suami dan istri, serta haid yang menjadi rujukan dalam menentukan hukum-hukum tertentu.
“Hadits-hadits yang berkaitan dengan kegiatan privasi Rasulullah itu bisa diakses dari riwayat Sayyidah Aisyah, kemudian akan melahirkan hukum praktik tertentu terutama untuk perempuan,” katanya.
“Misalnya ketika Rasulullah hendak berangkat jamaah, mencium Sayyidah Aisyah dan tidak berwudhu kembali, dalil ini menjadi satu keputusan pertimbangan hukum antara suami istri ketika bersentuhan tidak membatalkan,” tambahnya.
Sayyidah Ummu Salamah
Ning Ulva menyampaikan bahwa salah satu istri Rasulullah yang visioner tentang perempuan adalah Sayyidah Ummu Salamah. Menurutnya, pada zaman itu Al-Qur’an didominasi menyebutkan laki-laki sehingga Sayyidah Ummu Salamah protes kepada Rasulullah.
“Sayyidah Ummu Salamah tanya ke Rasulullah, kenapa di dalam Al-Quran didominasi penyebutan laki-laki? Akhirnya turun Surah Al-Ahzab yang dinilai sebagai simbol kesetaraan,” ucapnya.
Ar-Rubayyi binti Mu’awwidz
Alumnus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu menyampaikan bahwa banyak keterlibatan perempuan dalam aksi bela negara pada zaman Rasulullah, diantaranya Ar-Rubayyi binti Mu’awwidz.
“Rasulullah menceritakan bahwa Ar-Rubayyi memberikan minum kepada pasukan-pasukan yang terluka, bahkan Ar-Rubayyi membantu mengembalikan pasukan-pasukan perang yang mati dan terluka ke Madinah,” ujar Ning Ulvi.
“Para perempuan salah satunya Ar-Rubayyi itu mengevakuasi pasukan-pasukan perang menggunakan fisik mereka,” katanya.
Rithah binti Abdullah
Ia menyampaikan bahwa banyak kisah sahabat perempuan Rasulullah yang mandiri bahkan menopang perekonomian keluarganya, seperti Rithah binti Abdullah.
“Rithah binti Abdullah itu memiliki perusahaan, industri yang hasilnya digunakan untuk menafkahi, menghidupi anak-anaknya dan suaminya. Rithah menanyakan masa perempuan bekerja seperti ini, kemudian Rithah ingin tahu respons Rasulullah,” katanya.
“Rasulullah membesarkan hati perempuan itu, mengapresiasi perjuangan perempuan, Rasulullah menjawab maka perempuan akan mendapat pahala dari apa yang sudah kamu nafkahkan kepada keluargamu,” lanjutnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Pendidikan Keluarga di Bulan Ramadhan untuk Membangun Karakter Anak
2
Kemenhub Sediakan Mudik Gratis via Jalur Darat dan Laut, Berangkat 26-28 Maret 2025
3
Kultum Ramadhan: Keutamaan Shalat Tarawih dan Witir di Bulan Ramadhan, Meraih Ampunan dan Pahala
4
KH Anwar Manshur Istiqamah Ngaji dan Shalat Malam Berjam-jam, Ini Kesaksian Santrinya
5
Kultum Ramadhan: Mengelola Waktu dengan Baik di Bulan Suci
6
7 Ramadhan Hari Wafatnya Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari, Nahdliyin Diimbau Kirim Doa dan Surat Al-Fatihah
Terkini
Lihat Semua