Nasional

NU Ajak Malaysia Perkokoh Islam Nusantara

Senin, 27 Januari 2020 | 05:15 WIB

NU Ajak Malaysia Perkokoh Islam Nusantara

Pertemuan PBNU dengen Menhan Malaysia Muhammad Sabu, Sabtu (15/1) (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengajak pemerintah Malaysia untuk memperkokoh Islam Nusantara. Ajakan itu sebagai solusi agar perpecahan yang disebabkan oleh agama tidak terjadi di Malaysia dan Indonesia. 
 
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan Islam Nusantara sebagai wujud Islam yang mencintai perdamaian antar sesama anak bangsa melalui pendekatan akhlakul karimah, kepribadian, dan pendekatan budaya. Apa yang selama ini dimiliki nusantara kecuali yang bertentangan dengan syariat islam dilestarikan, dijiwai spirit islam. Artinya, agama dan budaya sudah melebur menjadi satu. 
 
"Kenapa? Karena agama amanah, budaya juga amanah. Agama, amanah dari langit, Tuhan. Isinya dua, akidah dan syriaah, tidak boleh berbeda dan berubah. Arab, Afrika, Indonesia, Asia, akidah dan syairatnya sama. Rukun Islamnya lima rukun Imannya enam. Amanah Qura'nnya sama, itu yang bersifat amanah  ilahiyah, samaiyah, diniyah akidah wa syariah," ucap Kiai Said di hadapan Menteri Pertahanan Malaysia, Mohamad Sabu pada Diskusi Panel Harapab Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (25/1) sore. 
 
Selanjutnya, budaya sebagai amanah yakni umat manusia dituntut untuk membangun peradaban kebudayaan sebagai modal hidup manusia di Dunia. Amanah itu disebut amanah insaniyah, amanah waqiyah, amanah atsaqfiyah. dan amanah hadariyah.
 
Sehingga, lanjut Kiai Said, yang berbeda antara Arab, negara-negara di Timur Tengah dengan Indonesia adalah budaya, kepribadian dan peradabannya. Tidak dengan akidah dan syariah, dua hal ini sama.  
 
"Budaya kita  Nusantara lebh mulia dibandingkan orang Arab. Lebih bermartabat dari pada orang Arab. Kita disini tidak mudah perang, tidak mudah membunuh, kemarin Pilpres seperti apa, hampir kayak perang saudara? tTdak. Tidak masalah, coba di Arab, 40 tahun di Irak itu (terjadi perpecahan), shalat jumat bersama-sama, jam dua perang, sampai sekarang. Di kita alhamdulillah, tidak terjadi seperti itu," tuturnya.
 
Ia menegaskan, Islam Nusantara sebagai tipologi umat Islam di Nusantara yakni Islam yang menyatukan budaya dan agama. Artinya, budaya tersebut dijadikan pula sebagai infrastruktur agama. 
 
Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan