Jakarta, NU Online
Pakar Al-Qur’an KH Ahsin Sakho Muhammad mengatakan, ada dua anugerah sangat besar dilimpahkan Allah kepada umat manusia pada umumnya dan umat islam pada khusnya, yaitu diutusnya Nabi Muhammad di akhir zaman dan Al-Qur’an. Dengan kedua anugerah ini manusia bisa tercerahkan.
“Nabi Muhammad adalah contoh dan panutan terbaik dan Al-Qur’an berjalan karena semua nilai dan ajaran yang ada dalam Al-Qur’an, Nabi melakukannya,” ungkap Rais Aam Majelis Ilmy Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurrra wal-Huffazh Nahdlatul Ulama, Kamis (31/5).
Oleh karena itu, sebagai rasa syukur seorang Muslim, kata Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) periode 2005-2009, seyogyanya banyak membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Terlebih pada hari dan malam Jumat. Membacakan shalawat dari seorang Muslim adalah berdoa kepada Allah agar Allah terus meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat.
Waĺaupun Nabi Muhammad SAW sudah penuh segalanya, tapi seorang Muslim tetap diimbau untuk membacakan shalawat kepadanya. Ibaratnya seorang yang mengisi air di ember yang sudah penuh air akan tumpah. Tumpahannya akan kembali kepada kita.
Di antara faedah membaca kepada Nabi Muhammad SAW adalah mengikuti perintah Allah. Kedua, yang membacanya dapat imbalan 10 - 70 x lipat shalawat dari Allah. Ketiga, derajatnya diangkat dan dosanya, kesalahannya diampuni.
Keempat, yang paling berhak mendapat syafaatnya di hari kiamat. Kelima, dapat menghilangkan kesusahan hidup. Keenam, Rasul menjawab salamnya. Ketujuh, jika berdoa diawali dengan shalawat, doanya sangat optimis dikabulkan. Kedelapan, sebagai upaya menciptakan hubungan yang harmonis antara muslim denga Nabi.
Menurut kiai yang pernah nyantri di Krapyak ini, hubungan kejiwaan ini penting terus di rajut agar selalu terbayangkan sosok NAbi Muhammad SAW dan menjadi panduan dalam melakoni kehidupan sesuai dengan perilakunyai walau hal tersebut masih jauh dari ideal.
“Tapi minimal itulah yang bisa dilakoni. Kewajiban kita sebagai kaum Muslim terhadapnya masih sangat banyak,” pungkas jebolan Fakultas Kulliyatul-Qur’an wa Dirasah Islamiyyah dari Al-Jami`ah Al-Islamiyah di Madinah, Arab Saudi. (Abdullah Alawi)