Bandung, NU OnlineÂ
Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengglar Seminar Mahasiswa Peduli EBT. Agenda tersebut merupakan rangkaian dari harlah ke-58 PMII. Kurang lebih 300 orang peserta mengikuti agenda tersebut.Â
Menurut Ketua Bidag ESDM PB PMII, Wahyu Hidayat, seminar ini digelar sebagai keseriusan PB PMII terhadap masalah energi terbarukan.Â
"Ini jelas menunjukan bahwa PMII tidak mengekslusifkan diri dengan cara membuka kajian seperti ini selain untuk kader," tegasnya di sela-sela di Seminar Mahasiswa Perlu Energi-Terbarukan di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin (16/4/2018).
"Sebab, semakin banyak yang memperhatikan isu tersebut akan membantu pemerintah dengan banyaknya masukan," imbuhnya.Â
Di tempat yang sama, anggota Komisi VII DPR RI, Andi Jamaro Dulung mengatakan, siklus kehidupan dan peradaban tidak terlepas dari energi, termasuk gas dan listrik. Sehingga harus dijaga kedaulatan, berkelajuta dan ketahanannya. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, diperlukan kesadaran dan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal lainnya yang sangat diperlukan energi yang ramah lingkungan.Â
"Saat ini, kondisi energi nasional mencapai 90 persen lebih bersal dari fosil yang semakin berkurang keberadaannya," ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, terbukti sebagai faktor penting jadinya perubahan iklim pada 2025, yaitu sebesar 23 persen. Perlu adanya intensifikasi, ekstensifikasi dan difesifikasi terhadap berbagai energi yang menjamin terhadap kedaulan. Serta ketahanan energi saat ini dan masa depan.Â
Teknologi energi terbarukan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam dekade terakhir. Harga energi PLTS di Mexico 2 Sen USD/Kwh dan India sebesar 4 Sen USD/Kwh. Energi fosil cadangan terbukti seperti minyak bumi 3,6 miliar barel. Lalu gas bumi 100,3 TSCF. Sedangkan untuk produksi minyak bumi sebanyak 288 juta barel dan gas bumi sebanyak 2,97 TSCF.Â
"Akan diperkirakan habis untuk minyak bumi untuk 13 tahun ke depan. Lalu gas bumi 34 tahun ke depan," katanya.Â
Potensi energi surya yang ada di Indonesia meliputi sumber energi primer terbarukan banyak terdapat di berbagai daerah. Termasuk daerah terpencil. Dapat dipastikan dapat membangkitkan ekonomi daerah terutama daerah remot area. Pembangunan pembangkit (EBT) akan menambah pergerakan ekonomi masyarakat terutama yang terlibat atau di sekitar pembangkit.Â
Penambahan sumber energi listrik akan menstimulasikan pertumbuhan energi lokal dan nasional. Sehingga akan berdampak positif bagi perekonomian daerah dan nasional.Â
"Sebaliknya defisit energi listrik akan menghambat perkembangan industri dan berdampak negatif bagi perekonomian daerah dan nasional," ungkapnya.Â
Sementara Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengungkapkan, saat ini masih diperlukan sosialisasi dan edukasi yang sistematis yang berkesinambungan untuk meminimalisir resistensi masyarakat terhadap proyek berbasis EBT.Â
"Selain itu, belum banyak badan usaha untuk berinvestasi di Indonesia bagian timur. Salah satunya infrastruktur pendukung," terangnya.Â
Kondisi pasokan listrik yang bersifat intermittent (PLTS dan PLTB) belum didukung ketersediaan teknologi smart gride. Ketergantungan terhadap teknologi dan peralatan EBT dari luar negeri masih tinggi. Ketersediaan dana murah (soft loan) di dalam negeri masih terbatas. (Nita Nurdiani Putri/Abdullah Alawi)