Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyambut baik kehadiran Universitas Muslim (UMU) Buton, Sulawesi Tenggara yang baru-baru ini meresmikan pengoperasiannya setelah mendaptakan izin operasional dari Lembaga Layanan (L2) Dikti.
Ketua PBNU Hanief Saha Ghafur mengatakan, sejak setahun ini, pihaknya turut membantu dan mengawal proses perizinan dari L2 Dikti untuk UMU Buton. Sehingga, Hanief juga menyimpan harapan besar terhadap kampus yang berada di Kota Baubau yang dikelola oleh warga NU di Baubau.
"UMU Buton kan salah satu universitas binaan PBNU melalui Lembaga Perguruan Tinggi NU. Sebagai kampus binaan LPTNU kalau itu dibuktikan dengan mengajarkan Islam Aswaja Annadhliyah dalam perkuliahannya; dan organisasi NU harus dipersilakan masuk di situ," kata Hanief dalam wawancara dengan NU Online, Rabu (10/7) sore.
Hanief menyebutkan salah satu bentuk dukungan PBNU selain mengawal proses perizinan dari L2 Dikti, pihaknya membantu UMU Buton dengan 400 ribu e-book (buku elektronik). Dukungan berupa e-book dikatakan Hanief memang kerap diberikan kepada perguruan tinggu NU.Â
"Bukan sekadar jumlahnya yang banyak dan dari berbagai macam bidang ilmu, tetapi juga karena banyak dari buku-buku tersebut yang ditulis oleh para peraih hadiah Nobel dari berbagai kategori seperti Nobel Fisika, Kesehatan, Fisiologi, Sastra, Ekonomi, dan lainnya," ujar Hanief.
Jika UMU Buton dapat memanfaatkan e-book tersebut, dapat menjadi keunggulan tersendiri. Sebab, menurut Hanief, kampus lain di Indonesia yang berstatus negeri sekalipun, belum tentu memilikinya. E-book yang diterima UMU Buton, menjadi sumber daya dalam mewujudkan kualitas kampus. Kualitas UMU Buton sejatinya harus diwujudkan, karena kehadiran suatu kampus bukan untuk sekadar hadir, tetapi harus mampu menunjukkan kebermanfaatannya bagi masyarakat.
Karenanya, Hanief juga merekomendasikan agar UMU Buton menjadikan 'membangun karakter untuk pemimpin Indonesia masa depan' sebagai tagline. Kurikulumnya, kata Hanief, jangan lepas dari dua hal, yakni Islam Aswaja Annahdliyah dan pendidikan karakter.
Hanief menyebutkan, secara umum, perguruan tinggi di dunia ini memiliki kategori-kategori. Pertama, perguruan tinggi yang berfokus pada riset atau penelitian. Contohnya adalah Cambridge University, Stanfrod, Massachusetts Institute of Technology (MIT).
"Mereka universitas riset, pembelajaran di kelas berbasis riset. Dari riset-riset lalu dibuatkan pembelajaran di kelas. Riset-risetnya tidak ecek-ecek tapi banyak untuk mendapatkan hadiah Nobel, penghargaan dunia, dan sebagainya," katanya.
Kedua, universitas pembelajaran (teaching university). Isinya hanya pembelajaran. Jikapun ada riset, biasanya hanya untuk skripsi, tesis.Â
Lalu bagaimana UMU Buton menempatkan diri atau mau dibawa ke mana? Hanief mengatakan UMU Buton tidak perlu risau, karena masih ada peluang besar, yakni membangun pendidikan karakter. Dengan mengembangkan pendidikan karakter, kampus UMU Buton, seperti juga kampus NU lainnya, tidak akan kalah dengan perguruan tinggi lainnya.
Ia juga menyinggung, persaingan masuk ke perguruan tinggi negeri di Indonesia sangat ketat. Bahkan, tingkat keketatannya di ASEAN termasuk tertinggi. Untuk masuk Kedokteran UI, misalnya di Asia Pasifik tergolong paling ketat. Hal itu dipengaruhi salah satunya karena jumlah penduduk yang banyak.
Pendidikan Karakter Faktor Terbesar Kesuksesan
Namun, ujar Hanief, untuk meraih kesuksesan, faktor akademik atau kecerdesan ternyata hanya berpengaruh 20 persen. Sementara 60 persennya adalah karena karakter. Hal itu berdasarkan riset yang dilakukan di New York, Amerika Serikat. Riset dilakukan dengan menanyai para CEO perusahaan terkemuka, apa rahasia kesuksesan mereka.
"Ternyata jawaban mereka rata-rata karena karakter yang kuat, seperti daya juang, karena fighting spirit, punya keunggulan kompetitif yang lain," tutur Hanief.
Hanief pun optimis UMU Buton dapat melahirkan alumni-alumni yang sukses jika menguatkan pendidikan karakter. Semua perguruan tinggi NU punya peluang besar untuk sukses. Tentu saja jika pendidikan karakter diterapkan dengan tepat dan sungguh-sungguh.
"Harus dari sekarang ini pendidikan karakter itu disemai, ditanamkan ke anak didik. Harus dibiasakan dalam perilakunya, sampai kemampuan intelektualnya. Kita harus punya konsep latihan pendidikan karakter yang terencana dengan baik, sisetmastis, terstruktur, dan massif dari bawah sampai atas dilatih," bebernya.Â
Perlu diketahui UMU Buton pada tahun ajaran ini telah menerima 200 mahasiswa dengan delapan program studi. Peresmian operasionalnya dilakukan Senin (8/7) di Gedung Maedani, Baubau, Sulawesi Tenggara. UMU Buton didirikan H Ibrahim Marsela, yang sekaligus ketua yayasan dari perguruan tinggi ini.Â
Pengoperasian UMU Buton dilakukan langsung oleh Kepala Lembaga Layanan (L2) Dikti Wilayah IX Sulawesi, Jasruddin, dengan dihadiri sejumlah tokoh seperti Sekda Kota Baubau Roni Muhtar, perwakilan Dandim 1413 Buton, Perwakilan Polres Baubau, Ketua PBNU Bidang Pendidikan Hanief Saha Ghafur, Rektor Unidayan Baubau, Rektor UM-Buton, akademisi, dan tokoh masyarakat setempat. (Kendi Setiawan)