Peneliti UIN Jakarta Ungkap 3 Kunci Keberhasilan Pesantren Ramah Lingkungan di Indonesia
Rabu, 19 Februari 2025 | 21:00 WIB

Koordinator Riset PPIM UIN Syarif Hidayatullah Iim Halimatusadiyah saat menyampaikan hasil riset “Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang” di Hotel Grand Sahid Jaya, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Rabu (19/2/2025). (Foto: NU Online/Jannah)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta telah melakukan penelitian yang bertema “Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang” di pesantren yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia.
Koordinator Riset PPIM UIN Syarif Hidayatullah Iim Halimatusadiyah mengungkapkan bahwa ada tiga kunci keberhasilan program pesantren ramah lingkungan di Indonesia. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Pemaparan Hasil Penelitian Pesantren Ramah Lingkungan: Tumbuh atau Tumbang di Hotel Grand Sahid Jaya, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Rabu (19/2/2025).
Pertama, greening Islam. Iim menjabarkan hasil penelitiannya bahwa dari 361 pesentren, sebanyak 269 atau 74,5 persen telah memiliki program lingkungan, di antaranya penanaman pohon dan pengelolaan sampah.Â
“Rata-rata pesantren yang memiliki program ramah lingkungan lingkungan cenderung memiliki perilaku ramah lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki program,” katanya.
Menurutnya, dalam merespons permasalahan lingkungan, pesantren dapat membuat konsep baru greening Islam yang mengintegrasi nilai-nilai Islam dan alam. “Greening Islam ini merupakan pemaknaan kembali konsep Islam dalam praktik pelestarian lingkungan terutama di Pesantren,” ujar Iim.
“Konsep sedekah sampah, sedekah oksigen, wakaf mata air, dan yang lainnya, bukan hanya mendorong pelestarian lingkungan, tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis berbasis keagamaan,” ujar Iim.
Iim menyampaikan bahwa konsep sedekah sampah yaitu membuat tempat sampah khusus plastik dengan dilabeli sedekah sampah. Sementara sedekah oksigen dapat melalui penanaman pohon dengan tujuan memperbaiki kualitas udara sekitar. Berikutnya ada juga wakaf mata air dengan memulihkan sumber air yang tercemar untuk dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Kedua, peran perempuan. Iim menyampaikan bahwa peran perempuan dalam program lingkungan masih sangat terbatas terutama dalam hal pengambilan keputusan.
“Perempuan cenderung dianggap tidak cocok untuk program lingkungan tertentu yang dipandang sebagai ranahnya laki-laki,” ucap Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Ia menegaskan bahwa untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan bukan hanya persoalan keadilan gender, tetapi juga faktor strategis bagi efektivitas program lingkungan.Â
“Maka diperlukan kebijakan yang lebih inklusif, seperti pemberdayaan nyai dan santriwati dalam struktur kepemimpinan serta penyediaan pelatihan yang mendorong kapasitas kepemimpinan perempuan dalam isu lingkungan,” katanya.
Ketiga, ragam keberlanjutan. Iim mengungkapkan dari 55 pesantren dan 160 program lingkungan yang dikaji, sebanyak 87 persen atau 48 pesantren tetap menjalankan program lingkungan dengan berbagai kategori.
Ia menyampaikan bahwa kategori skala besar-kecil dapat dilihat dari luas lahan yang dimanfaatkan untuk program. “Di sini dapat dilihat jumlah dana yang diinvestasikan, sarana prasarana yang digunakan, dan dampak ekonomi setelah, seperti hasil sampah yang dijual dalam bentuk anyaman, atau barang lainnya,” katanya.
Iim menyampaikan bahwa pada kategori implementasi penuh, seluruh program ramah lingkungan di pesantren masih terus berjalan, sedangkan kategori implementasi parsial, hanya sebagian program ramah lingkungan yang masih berjalan.
“Kategori implementasi penuh ini, semua kegiatannya terus berjalan, sedangkan parsial, hanya beberapa programnya yang terus berjalan seperti hanya pengelolaan airnya saja atau sampahnya saja,” ucapnya.
Terpopuler
1
Alasan NU Tidak Terapkan Kalender Hijriah Global Tunggal
2
KH Bisri Syansuri (1): Nasab dan Sanad Keilmuan
3
Khutbah Jumat: Marhaban Ramadhan, Raih Maghfirah dan Keberkahan
4
Khutbah Jumat: Bersihkan Diri, Jernihkan Hati, Menyambut Bulan Suci
5
Khutbah Jumat: Kepedulian Sosial Sebagai Bekal Menyambut Ramadhan
6
Khutbah Jumat: Sambut Ramadhan dengan Memaafkan dan Menghapus Dendam
Terkini
Lihat Semua