Jakarta, NU Online
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui peningkatan dana riset sebesar Rp5 triliun untuk tahun ini. Dari sebelumnya Rp950 miliar, besarnya dana riset 2020 menjadi Rp 5,95 triliun. Bahkan, ada rencana untuk menambah anggaran dana abadi riset hingga Rp30 triliun hingga 2024.
Terkait dengan hal itu, anggota Komisi IX DPR M Nabil Haroen mengatakan sejak awal sudah ada usulan prioritas untuk riset keanekaragaman hayati Indonesia.
"Karena kita punya bahan melimpah, tinggal mendorong sumber daya peneliti kita, bekerjasama dengan jaringan peneliti internasional," kata Nabil.
Selain itu, ia juga mendorong agar riset-riset keanekaragaman hayati dapat ditingkatkan porsi dan prioritasnya.
"Jangan sampai kita impor sekitar 90 persen obat seperti beberapa tahun terakhir. Kita harus mengolah khazanah rempah-rempah kita untuk produksi herbal medicine dalam skala yang lebih luas," ujar pria yang juga Ketum PP Pagar Nusa.
Prioritas riset keanekaragaman hayati sangat mungkin dilakukan. Sebab, kata Nabil, "Kita punya resources, kita punya suntikan anggaran, kita punya jaringan, kita punya ribuan SDM Indonesia baik yang ada di negeri ini maupun yang sekolah atau bekerja di internasional."
Menanggapi adanya usaha beberapa lembaga penelitian dan kampus untuk pengembangan obat-obatan untuk penanggulangan virus Corona Nabil mengatakan mendukung penuh usaha periset Indonesia.
"Sebagai anggota Komisi IX DPR RI, saya ingin sampaikan bahwa Komisi IX mendukung penuh usaha pemerintah melalui instansi terkait, untuk menangani pandemi virus Corona. Pemerintah Indonesia juga berkoordinasi dengan WHO, untuk langkah-langkah strategis penanggulangan krisis karena virus Corona (Covid-19) ini," kata Nabil Haroen, Kamis (19/3).
Belum cairnya dana penelitian untuk vaksin Corona, Nabil mengatakan hal itu sebagai tahapan teknis yang masih proses. Regulasi keuangan di Indonesia tidak sembarangan untuk mencairkan anggaran.
"Justru, regulasi itu penting agar satu komando dan akuntable. Nah, dalam situasi krisis karena Corona ini, memang harus ada langkah cepat dan terobosan agar kita terhindar dari bencana yang lebih besar," lanjut Nabil.
Ia juga menegaskan soal anggaran bukanlah satu-satunya tantangan. Justru, yang penting saat ini adalah mendorong konsorsium riset. Menurutnya jangan sampai Kementrian Kesehatan membikin riset sendiri, sementara Kementerian Riset dan Dikti juga membikin riset.
"Nah, dengan Konsorsium itu nantinya akan ada tim yang melibatkan lintas kementrian, periset dari kampus-kampus dan lembaga penelitian, serta dari industri farmasi dari BUMN kita. Jadi, dari proses awal dan akhirnya satu pintu, satu tim, satu kebijakan," ungkap pria yang kerap disapa Gus Nabil (GN) ini.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi