Penyebab Efektivitas Respons Dini Konflik Keagamaan
Kamis, 19 Desember 2019 | 12:15 WIB
Untuk menanggulangi konflik keagamaan yang berubah pada aksi nyata tindak kekerasan, atau untuk mencegah munculnya konflik keagamaan yang menjadi eskalasi atau tindak kekerasan, dibutuhkan respons dini untuk mencegah konflik keagamaan tersebut. Dalam konteks penanganan konflik, respons dini (early response) umumnya dipahami sebagai setiap upaya yang dilakukan pada tahap potensi terjadinya konflik bersenjata (kekerasan) yang bertujuan untuk mengurangi, menyelesaikan atau mentransformasikan konflik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alam dan kawan-kawan yang tergabung dalam peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta (BLAJ) Badan Litbang dan Diklat Kementreian Agama RI pada tahun 2019 dengan judul penelitian Sistem Peringatan dan Respons Dini Konflik Keagamaan Fase II: Variasi Efektifitas Respon Dini Konflik Keagamaan menyatakan bahwa respons dini ini cukup efektif mencegah konflik keagamaan. Efektivitas respons dini konflik keagamaan ini mencapai 51, 85 persen. Dari 27 kasus respon dini konflik keagamaan yang diteliti, 14 termasuk kasus respons dini berhasil dan 13 kasus respons dini gagal.
Beberapa kasus respons dini yang gagal mencegah konflik keagamaan untuk berubah menjadi eskalasi atau tindak kekerasan adalah konflik terkait penggunaan rumah toko (ruko) sebagai rumah ibadah oleh komunitas HKBP Rogate di Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tanggerang.
Pertama, jenis isu konflik keagamaan dan tingkat ancaman konflik terhadap keamanan negara. Dalam kasus konflik terkait terorisme, yang memiliki tingkat ancaman tertinggi di antara berbagai jenis konflik keagamaan lainnya, kemampuan warga maupun aparat pemerintah setempat dalam melakukan deteksi dini terhadap kelompok-kelompok terafiliasi jaringan terorisme sangat rendah.
Kedua, sikap proaktif, ketegasan dan konsistensi tindakan dari aparat pemerintah setempat, mulai dari tingkat desa atau kelurahan hingga tingkat provinsi. Meski secara umum aparatur di tingkat lokal mengetahui regulasi yang mengatur pendirian rumah ibadat atau pemanfaatan bangunan bukan rumah ibadat untuk tempat ibadat sementara, sikap yang cenderung abai dari sebagian aparatur pemerintah di tingkat lokal telah berkontribusi pada kegagalan respons dini mencegah konflik mengalami eskalasi atau berubah menjadi kekerasan. Ketidaktegasan dan inkonsistensi tindakan aparat pemerintah setempat juga berkontribusi pada kegagalan respons dini dalam banyak kasus konfilk komunal terkait pendirian rumah ibadat.
Ketiga, kesamaan persepsi di kalangan aparatur pemerintah dalam memahami regulasi yang menjadi landasan bertindak dalam penanganan konflik. Hal ini terutama tampak dalam kasus konflik terkait isu sektarianisme. Keempat, karakteristik dari masing-masing pihak yang berkonflik dan relasi di antara para pihak yang berkonflik itu sendiri. Dalam sebagian kasus, sikap yang sulit untuk berkompromi dari para pihak yang berkonflik menghalangi keberhasilan respons dini maupun penyelesaian kasus secara keseluruhan. Akibatnya, dalam sebagian kasus, kendati tindakan respons yang dilakukan berhasil mencegah konflik bereskalasi atau melahirkan kekerasan, namun penyelesaian tuntas terhadap konflik belum juga dapat tercapai.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua