Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mengungkapkan keprihatinannya atas nasib seorang guru di SDN Karyabuana 3 Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, Nining Suryani (44), yang terpaksa harus tinggal di WC sekolah lantaran tidak punya rumah. Gaji Nining per bulan hanya 350 ribu.
“Kami merasa prihatin dan guru tersebut perlu diadvokasi,” kata Wakil Ketua PP Pergunu Aris Adi Leksono, Selasa (16/7) melalui sambungan telepon.
Menurutnya, PP Pergunu sudah berkoordinasi dengan PW Pergunu Banten untuk menelusuri kehidupan Nining dan keluarganya sehingga dapat mengetahui secara nyata tentang kondisi perekonomiannya.
“Pergunu pusat sudah berkoordinasi dengan Pergunu Banten untuk menelusuri, apakah gaji perbulannya segitu (350 ribu). Sebagai organisasi profesi guru, Pergunu harus mengadvokasi dalam bentuk advokasi kebijakan,” ucapnya.
Pihaknya juga akan mengecek kebijakan pemerintah daerah terkait penggajian guru honorer. Nantinya jika terdapat mekanisme penggajian yang tidak tepat akan diluruskan. Termasuk berlaku tidaknya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) di daerah tersebut.
Advokasi untuk kesejahteraan guru bukan kali ini dilakukan Pergunu. Ia menyatakan bahwa pihaknya pernah mengadvokasi persoalan gaji guru honorer yang jauh dari standar kelayakan. Saat itu, kasus yang didampinginya ialah guru-guru madrasah di DKI Jakarta yang gaji per bulannya sekitar 300 sampai 500 ribu. Melalui upayanya tersebut, kini gaji guru-guru madrasah telah layak.
“Kami pernah mengalami itu di guru-guru madrasah di DKI yang gaji awalnya 300 sampai 500. Alhamdulillah sekarang (honor) mereka sudah setara dengan UMP (Upah Minimum Provinsi),” ucapnya.
Berkaca dari kasus guru-guru madrasah di DKI Jakarta, katanya, pemerintah pusat dan daerah perlu memberikan perhatian khusus agar tidak ada lagi cerita yang tidak enak tentang perekonomian guru. Menurutnya, peran guru sangat strategis dalam kemajuan sebuah bangsa.
“Jangan sampai dia (guru) sudah mengabdi, kemudian dia sendiri kehidupannya tidak diperhatikan. Anak-anak keluarganya (guru) juga harus diperhatikan, jangan sampai ngajar anak orang lain, tapi anak sendiri terabaikan,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Nining sudah 15 tahun mengajar di SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, dan selama dua tahun terakhir, Nining dan keluarganya tinggal di WC sekolah tempatnya mengabdi. Suaminya hanya menjadi pekerja serabutan.
Nining dan keluarga tinggal di WC sekolah tempatnya mengabdi bermula saat rumahnya roboh karena lapuk. Lantaran tidak ada pilihan lain, dia meminta izin pihak sekolah menggunakan WC sekolah untuk tinggal sementara.
Menurut Nining, awalnya pihak sekolah sempat melarang, tetapi akhirnya mengizinkan lantaran tidak ada lagi tempat tinggal untuk diri dan keluarganya. (Husni Sahal/Fathoni)