Nasional

PWNU Sulsel Lega dengan Pembahasan Islam Nusantara

Jumat, 1 Maret 2019 | 03:30 WIB

Kota Banjar, NU Online
PWNU Sumatera Selatan (Sumsel) mengaku cukup beruntung soal Islam Nusantara dibahas di Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, 27 Februari hingga 1 Maret 2019. Pasalnya, dalam sejumlah kasus, konsep Islam Nusantara ditanggapi kurang elok di Provinsi Sumsel. Bahkan ada yang terang-terangan menolak dengan alasan yang tak jelas.

Menurut Katib ‘Am PWNU Sumatera Selatan, A Imron Abha’ sikap kurang respek itu muncul diduga karena mereka belum menerima informasi yang utuh soal Islam Nusantara. Sehingga mereka serta merta memberikan stigma buruk terhadap Islam Nusantara.

“Atau bisa jadi mereka sengaja dengan membabi buta menolak Islam Nusantara,” tukasnya kepada NU Online di sela-sela sidang pleno komisi-komisi, Kamis (28/2).

Ia lalu menceritakan ulah sekelompk orang yang menyikapi Islam Nusantara dengan grusah-grusuh. Peristiwa  tersebut terjadi di Palembang. Saat itu hari Jumat, setelah selesai shalat Jumat, ada seorang tokoh mengumpulkan para jamaah di masjid tersebut untuk diceramahi sosal Islam Nusantara.

“Dalam ceramahnya, dia habis-habisan mencaci maki Islam Nusantara. Katanya, dalam Islam tidak dikenal Islam Nusantara. Yang ada hanyalah Islam, sesuai dengan ajaran nabi,” ujar Imron.

Oleh karena itu, ia menyatakan bersyukur bahwa Munas-Konbes NU kali ini bisa menjelaskan dan mendefinisikan Islam Nusantara dengan detail. Bahwa sesungguhnya, Islam Nusantara bukan aliran baru, apalagi aliran yang menyimpang dari Islam.

“Islam Nusantara, ya Islam Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) sebagaimana yang kita amalkan setiap hari. Tidak ada yang baru. Diberikan embel-embel Nusantara karena kita hidup di Nusantara di mana budayanya kita akomodir,” urainya. (Aryudi AR)