Jakarta, NU Online
Dosen Teknologi Informasi di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta Iqbal Saryudin mengatakan, tidak ada yang 100 persen aman, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Selalu ada resiko keamanan, entah itu data, sistem, aset, hingga fisik. Pihak yg punya tujuan tidak baik akan selalu mencari cara.
“Yang harus dilakukan adalah berusaha memperkecil risiko,” katanya ketika diwawancarai NU Online terkait bocornya data jejaring sosial Facebook, Senin (17/4).
Ia menyampaikan beberapa hal terkait dengan kebocoran data Facebook dan layanan online lainnya, yaitu semua pihak harus tahu risiko dan mengantisipasinya.
Kedua, layanan online sebesar Facebook harusnya mulai memperketat standar keamanannya, terutama untuk aplikasi pihak ketiga yang tersambung dengan akun Facebook. Tidak boleh akses sembarang informasi, apalagi tanpa persetujuan pengguna.
Sepertinya menutup semua aplikasi pihak ketiga bukanlah pilihan Fcebook, tapi karena banyak pengguna awam yang asal klik "setuju", maka Facebook harus lebih jelas memberi peringatan akan risiko yang terjadi.
”Mungkin bisa dengan sedikit norak pakai tulisan besar dan gambar bahaya, bisa juga ditambah harus konfirmasi beberapa kali sebelum benar-benar dianggap "setuju",” anjurnya.
Sebagaimana diketahui, akibat bocornya data Facebook, CEO Facebook Mark Zuckerberg jadi sasaran pertanyaan parlemen Amerika Serikat.
Facebook Indonesia juga akan 'disidang' Komisi I DPR RI Selasa (17/4/2018) hari ini. Dalam agenda Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) ini, Komisi I DPR RI akan meminta penjelasan terkait kebocoran sejuta lebih pengguna Facebook di Indonesia terhadap Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia dan Vice President of Public Policy Facebook Asia Pasific. (Abdulah Alawi)