Samarinda, NU Online
Gedung dan kampus yang bagus dan luas bukanlah satu-satunya ukuran kemajuan perguruan tinggi. Kemegahan kampus perlu dibarengi dengan penguatan atmosfir akademik yang menjadi ciri khas perguruan tinggi. Hal tersebut dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya yang dibacakan Sekjen Kementerian Agama Nur Syam saat meresmikan Kampus II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda-Kalimantan Timur, Senin (7/3) seperti dikutip dari laman kemenag.go.id.
Peresmian dilakukan Sekjen Kementerian Agama Nur Syam mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ditandai dengan penandatanganan prasasti gedung bersama Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek.
Secara mudah atmosfir akademik itu, terang Menag, jika: pertama, lingkungan kampus memberikan ruang bagi munculnya pemikiran, pendapat, dan teori-teori baru yang berguna bagi masyarakat. Kedua, dosen dan mahasiswa terlibat dalam proses pembelajaran yang mencerahkan. Ketiga, setiap orang bisa mendapatkan informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan; dan keempat, sarana prasarana menunjang pencapaian akademik.
Menurut Menag, IAIN sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah investasi besar umat Islam Indonesia, sebagaimana pesantren, masjid, madrasah, majelis taklim, dan seterusnya.
“Investasi itu harus kita jaga dan rawat, kita kembangkan terus menerus sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada para pendiri, kepada bangsa, agama, dan kepada Allah SWT,” kata Menag.
Dikatakan Menag, dalam berbagai kesempatan dirinya sering menyebut bahwa Islam Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam hal jumlah lembaga-lembaga Islam yang hidup di masyarakat; sebagai lumbung kekayaan dan khazanah Islam moderat, dengan praktik toleransi antar pemeluk agama yang kuat-kokoh; Islam yang kompatibel dengan penerapan demokrasi dan isu jender; dan kawasan yang relatif aman dari gangguan dan ancaman bernuansa konflik keagamaan yang menjadi sumber malapetaka dunia saat ini, terutama Timur Tengah.
Salah satu pondasi penguat model keberagamaan Islam Indonesia ini,menurut pandangan Menag, selain ormas keagamaan dan pesantren, adalah perguruan tinggi Islam. Kajian Islam yang dilaksanakan di PTKI sejak awal menunjukkan tingkat relevansi yang sangat tinggi dengan pembangunan agama dan pencitraan Islam yang ramah dan modern ke dunia internasional.
“Inilah potensi yang perlu di-explore lebih jauh oleh kalangan akademisi IAIN sehingga menjadi daya ungkit dan posisi tawar (bargaining position) yang menentukan, bukan ditentukan oleh pihak lain. Menjadi leader dalam aspek kajian Islam dunia, bukan follower. Siap menjadi imam, bukan makmum – apalagi makmum masbuq,” terang Menag.
“Harus menjadi produsen ilmu, dan tidak puas sebagai konsumen,” tambahnya.
Hadir dalam acara tersebut, Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Buddha Dasikin, Pangdam VI Mulawarman Mayor Jenderal TNI Benny Indra Pujihastono, Kapolda Provinsi Kalimantan Timur, Kakanwil Kemenag Provinsi Kalimantan Timur Saifi dan civitas akademika IAIN Samarinda. Red: Mukafi Niam