Nasional

Tradisi Persanadan NU Mirip dengan Sistem Keilmuan di Eropa

Kamis, 9 Maret 2023 | 21:30 WIB

Tradisi Persanadan NU Mirip dengan Sistem Keilmuan di Eropa

Ilustrasi santri di pondok pesantren sedang mengaji. (Foto: Dok. Tebuireng))

Jakarta, NU Online

Pemimpin Redaksi NU Online, Ivan Aulia Ahsan menyebut tradisi menyambung sanad yang lestari di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) menarik untuk dibahas. Ia mengungkapkan bahwa tradisi ini hampir mirip dengan sistem keilmuan yang dianut oleh para ilmuwan Eropa Barat. 


“Yang menarik dari persanadan ini, sanad pesantren di NU itu mirip sekali dengan sanad keilmuan yang dianut oleh kampus-kampus di Eropa Barat,” ujar Ivan di FGD Pemetaan 100 Pesantren Tua di Indonesia di Jakarta, Kamis (9/3/2023). 


Ivan kemudian menyinggung asumsi-asumsi liar tentang kemurnian ajaran dan klaim berguru langsung kepada Rasulullah dan para sahabat. Ia beranggapan asumsi atau klaim itu hanya berlaku kepada kelompok atau individu yang anti-intelektual. 


“Dimensi sanad dalam pesantren ini menarik, apalagi di tengah banyak orang yang mengklaim diri berguru langsung kepada Nabi saw. Saya kira jika dilihat dari perspektif ilmu pengetahuan modern klaim tersebut itu anti-intelektual,” ucap lulusan sejarah UI ini.


Terkait persanadan NU dan kemiripan dengan sistem keilmuan Eropa Barat, ia menyebut  bahwa hal itu tidak terelakkan, utamanya ilmu eksak atau eksakta. 


“Yang sangat kuat sanadnya di bidang itu, contohnya sanad keilmuan Stephen Hawking yang bila diurut bisa sampai ke Isaac Newton. Bahkan mungkin sampai abad ke-17,” jelas dia. 


Sementara di NU, lanjut dia, kekuatan sanad bisa dilihat dari kealiman seorang kiai. “Jika kiai yang menguasai disiplin ilmu itu sangat kuat, sanadnya bisa nyampe abad ke-7. Lebih panjang,” ucapnya 


Sebab, menurutnya, NU memiliki transmisi keilmuan yang lebih kuat. “Kalau ilmu pengetahuan modern di Eropa Barat saja terputus di zaman renaisans. (Sanad) kita bisa sampai abad ke-7,” tandasnya. 


Persoalan sanad ini, tambah dia, jika ditelusuri sumbernya ke belakang akan ada banyak database yang memuat ini lebih lengkap semacam warisan budaya ilmu pengetahuan.


“Dalam hal sanad NU saya kira kita punya archaeology of knowledge (arkeologi pengetahuan), yang bisa ditarik sampai abad ke-7 Masehi,” imbuhnya. 


Pewarta: Syifa Arrahmah

Editor: Fathoni Ahmad