Oleh M Haromain
Satu hal yang patut kita syukuri pada era berkembang pesatnya teknologi informasiseperti sekarang ini ialah makin mudahnya kita dalam memperoleh informasi, berita dan pengetahuan dengan tersedianya pelbagai sumber yang dapat diakses via internet. Tak hanya kian mudah dalam mengakses informasi dan pengetahuan, tapi juga semakin cepat dalam mendapatkan update berita terbaru.
Namun yang patut disayangkan ialah bahwa kelimpahan informasi yang tersedia dan kecepatan dalam mengaksesnya itu ternyata tidak berbanding lurus dengan akurasi data dan kualitas informasi yang diperoleh. Memang begitu gampangnya kita mendapatkan informasi atau berita yang dibutuhkan, sayangnya sebagian besar dari bejibun informasi dimaksud merupakan sampah yang tidak banyak manfaatnya. Bahkan tidak hanya itu, tidak sedikit pula konten bacaan dari media sosial yang berpotensi menyesatkan dan mendoktrin ajaran paham radikal yang membahayakan bagi pembaca yang tidak kritis dan hati-hati.
Dahulu sebelum zaman meruyaknya fasilitas internet, ketersediaan literatur informasi dan pengetahuan memang sangat terbatas. Tapi begitu seseorang mendapatkan sumber buku yang dicari ia mendapatkan jaminan bahwa apa yang diperolehnya cukup bermutu dan terjaga akurasinya. Ini dapat kita mafhumi berhubung tempo itu hanya orang yang telah memenuhi kualifikasi keilmuan tertentu saja yang berkesempatan menulis buku. Begitu pula kelompok-kelompok garis keras, fundamentalis dan ekstremis dalam upaya memengaruhi dan merekrut anggotanya kala itu masih menggunakan pendekatan konvensional face to fece, dan momentum-momentum pertemuan langsung.
Jadi merupakan hal yang ironis saat ini jika dengan melimpah ruahnya informasi dan sumber pengetahuan yang ada tapi justru tidak mencerdaskan dan mencerahkan pembacanya. Tragisnya lagi ialah orang yang hendak bertransformasi diri menuju kehidupan yang lebih baik dengan modal mengakses petunjuk atau pedoman melalui media sosial ternyata endingnya bukannya dirinya menjadi kian lebih baik tapi justru menjadi orang radikalis dan ekstremis lantaran tidak selektif memilih isi bacaannya.
Maka dari itu salah satu siasat agar tidak terjebak dalam mendapatkan konten informasi dan data pengetahuan yang sia-sia sebagaimana dimaksud di muka, juga supaya tidak terinjeksi paham-paham ekstrem dan radikal dalam beragama dan agar mendapatkan khazanah bacaan yang kredibel dan kapabel maka seyogianya kita terutama kalangan remaja tidak malu untuk meminta rekomendasi kepada para senior dan yang lebih ahli dalam bidangnya masing-masing, bertanya kepada mereka sumber-sumber berita mana dan buku-buku apa yang menurutnya layak dan bergizi untuk dikonsumsi membacanya.
Dengan cara seperti di atas seseorang di samping bisa lebih efisien, tak perlu waktu lama memilah dan memilih objek bacaannya demi memperoleh literatur yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Pun bisa lebih cepat dalam memperoleh sumber informasi yang jauh lebih berguna. Serta tidak kalah pentingnya ialah tidak terjerumus ke dalam ideologi paham fundamentalis-radikalis yang dapat meresahkan masyarakat.
* Penulis bergiat di Forum Santri NU Temanggung
Terpopuler
1
Kolaborasi LD PBNU dan LTM PBNU Gelar Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan Ke-4
2
LAZISNU Gelar Lomba dengan Total Hadiah Rp69 Juta, Ini Link Pendaftarannya
3
Cara Wudhu di Toilet agar Tidak Makruh
4
Gus Yahya Ceritakan Awal Mula Kiai Ali Maksum Merintis Pengajian Kitab di Pesantren Krapyak
5
Hukum Gugat Cerai Suami karena Nafkah Batin
6
Hukum Khatib Tidak Berwasiat Takwa dalam Khutbah Kedua
Terkini
Lihat Semua